[ 100DWTD - 24 ]

66.7K 5.7K 1.2K
                                    

Masih nungguin?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih nungguin?

HAPPY READING🧡

JANGAN LUPA PENCET TOMBOL BINTANGNYA🧡

SPAM RADEN HERE 👉👉

SPAM RADEN HERE 👉👉

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Nesa duduk di kursi meja makan dapur. Jacob tengah menyiapkan makan malam untuknya. Hari ini, ia hanya ingin menikmati semangkuk indomie kuah buatan Jacob. Menjadi seorang istri tidak mudah, Nesa lelah berusaha sebaik mungkin tetapi hasilnya bahkan tidak mencapai kata cukup di mata pasangannya.

“Mas, jangan nikah, ya?”

Jacob menoleh, ia menenteng mangkok berisi mie dan telur rebus. Meletakkan mangkok itu di meja, Jacob menempatkan dirinya di depan Nesa.

“Bahas itu lagi?”

“Makin ke sini, aku makin sadar. Kalau Mas Jacob nikah, aku bakalan kesepian. Kakak tahu, 'kan? Kesepian itu pembunuh jiwa nomer satu.”

Nesa mengaduk indomienya, sedang Jacob justru memakan nasi putih dengan lauk ayam goreng. Ia mengulurkan tangan mengusap jemari Nesa. Orang yang paling memahami bagaimana mengerikannya kesepian adalah dirinya.

“Mas udah pernah janji, Nesa.”

“Apa cerai jalan terbaik bagi Nesa, Mas?”

“Mas mau nanya, yang kamu pertahanin dari pernikahan kamu apa? Nesa, saling mencintai emang penting. Tapi yang paling penting, gimana kamu menghargai pasangan dan pasangan menghargai kamu juga.”

“Nesa pikir, semuanya jalannya tuh gampang. Lika-liku pernikahan dikit. Masalah satu belum selesai, masalah lain udah nyusul.”

“Kamu sayang Raden?”

Nesa tertawa atas pertanyaan Raden. Sayang? Nesa tidak yakin. Hatinya masih abu-abu, mengingat Hangga saja otaknya juga mendadak bingung, ia menjaga Hangga sebatas untuk mendapat uang tambahan atau memang dirinya tulus?

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Where stories live. Discover now