•35• Radula

Începe de la început
                                    

Reynal dan Erayla sebentar lagi harus segera pergi ke negara yang menjadi tuan rumah untuk perlombaan akademik tingkat internasional di mata bidang geografi ini, International Geography Olympiad.

"Bukan masalah lo bakal suka juga ke Liora atau enggak, Dar. Gue sama lo udah gak bareng-bareng lagi sejak kelulusan SMP, begitu pun juga sama Anan. Kita bertiga beda sekolah. Gue yakin ada banyak perubahan yang gak gue tau dari lo dan Anan. Entah cara lo buat meyakinkan gue atau strategi terbaru Anan yang mungkin bakalan berhasil."

Reynal hanya takut perubahan terbaru yang belum diketahuinya membuatnya merasakan kembali apa yang dulu pernah dirasakannya.

Dan sekarang ... Reynal tidak akan membiarkan hal itu kembali terulang di hidupnya.

"I'm still the same as before. Lo gak perlu khawatir. Lo boleh naruh curiga ke gue karena gue ngerti ke mana jalan pikiran lo. Tapi, dengan yang gue lakuin nanti, itu yang bakalan bantah semua pikiran-pikiran buruk lo tentang gue," ucap Darwin.

Cara bicara seorang Darwin masih sama seperti dulu, saat Reynal dan Darwin masih selalu bersama. Tidak seperti sekarang. Raga mereka memang dekat, kedua iris mata masing-masing sering saling bertubrukan, tapi ikatan persahabatan merenggang karena status Darwin di sekolah ini.

Sebagai siswa baru yang sampai kapan pun akan dibenci keberadaannya oleh siswa-siswi SGG yang sudah lebih dulu bersekolah di sini.

"I'm believe in you. Tepati janji lo kalau lo emang cowok sejati."

👑

Liora melangkah mundur. Tidak, dia tidak akan melakukan drama murahan dengan berlarian sepanjang koridor sembari menangis.

Gadis itu hanya kaget mendengar semuanya.

Niatnya untuk menemui Reynal di kamar asramanya justru gagal karena Liora lebih dulu mendengar pembicaraan antara Reynal dengan Darwin. Dan yang lebih mengagetkannya lagi, mereka membawa nama-nama Anan.

Anandyas Trifti Kinasih, nama itu masih tersimpan rapi di memorinya. Nama yang berada di nomor keenam saat pemeringkatan tes waktu itu.

"Gue cuma perlu hati-hati."

Liora mengangguk kemudian memilih menjauh dari depan pintu kamar Reynal. Jam istirahat kedua masih lama, masih ada waktu untuk ia pergi ke kamarnya terlebih dahulu.

Inilah enaknya menjadi siswa-siswi kelas istimewa, saat sedang istirahat mereka bisa datang ke kamarnya masing-masing karena kamar mereka berada di gedung sama dengan ruang kelas.

Berbeda dengan anak jurusan, kamar asrama mereka berada di gedung yang berbeda. Gedung itu memang khusus untuk asrama.

Saat di kamar, Liora mengecek keadaan sekitar melalui jendela. Aman.

Gadis itu merogoh saku rok sekolahnya, mengeluarkan benda pipih itu dan menekan nomor seseorang untuk melakukan panggilan suara.

"Je, bilangin sama Mamah, tolong kirim Afghan ke sini lagi. Gue butuh, urgent banget. Oh ya, buat sekarang cukup Afghan aja yang jaga, lo tetap di rumah. Kalau makin gawat gue bakalan hubungi lo buat ikut jaga bareng Afghan," pinta Liora tanpa mau berbasa-basi lagi.

Liora terpaksa menerima tawaran bodyguard Mamahnya untuk menjaganya di sini.

Waktu itu Afghan pernah diminta Azrifa untuk berjaga di depan kamarnya, tapi Liora justru menyuruh Afghan untuk pergi ke cafetaria saja. Makan, minum kopi, nongkrong, atau apa pun itu asal dia bisa bebas di kamarnya. Tidak ada yang mengawasi.

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum