《PROLOG》

57 13 4
                                    

Suara gemuruh terdengar dari angkasa. Memberi peringatan kepada seluruh makhluk dibumi, jika sebentar lagi akan turun hujan, dan bisa saja akan datang badai hujan dengan ditemani angin yang bertiup kencang. Dan semua itu tidak menyurutkan langkah kaki kecil yang berjalan di jalan yang sangat sepi, berjalan tidak berarah. Langkah kecil itu milik seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun dengan pakaian lusuh yang dia kenakan. Beberapa kali terlihat diraut wajahnya yang sedang menahan sakit. Gerakan gestur tangannya terlihat sedang menahan rasa lapar di perutnya.

Anak laki-laki berpakaian lusuh itu berjalan mendekati sebuah tempat sampah. Mengais semakin dalam mencari sesuatu. "Mama, Anno lapar, Ma. Anno lapar."

Lirihan pilu itu masih terdengar meskipun dirinya tak lagi mengais tempat sampah. Kedua tangannya kosong, tak menemukan apa yang dia cari ditempat sampah yang telah dia tinggalkan. Kepalanya menoleh kesana kemari, terlihat sedang mencari sesuatu yang dia butuhkan. Karena dirinya yang tidak memperhatikan jalanan, kakinya tanpa sengaja menginjak batu berukuran sedang membuatnya tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Tiiinn!! Tiiiinnn!!!

Bugh!

Jatuhlah si anak laki-laki itu. Mengaduh kesakitan saat dirasa kakinya terlikir. "Iisshhh sakit. Sakit sekali. Kaki Anno sakit, Mama."

Meskipun bibirnya bergetar memanggil mamanya, orang yang dia panggil tidak kunjung datang. Sadar dengan kenyataan itu, si anak laki-laki itu segera bangkit dari posisi jatuhnya. Membersihkan telapak tangannya yang tergores jalanan beraspal itu. Melanjutkan jalannya lagi dengan sebelah kaki yang dia seret pelan karena terkilir. Saat dirinya sedang berusaha untuk menyeimbangkan jalannya, sebuah mobil tiba-tiba melaju dari arah depan dengan sangat cepat. Tak lagi mempermasalahkan kakinya yang sakit, si anak laki-laki itu dengan cepat berlari ke tepi jalan dan berakhir jatuh disana. Jatuh dengan posisi tubuh yang tengkurap diatas jalan yang keras.

"Darah?" gumam si anak itu saat dirasa ada cairan yang mengalir dari dahinya. Posisinya masih sama, tubuhnya masih tengkurap diatas jalan beraspal.

"Sakit, Ma. Anno sakit. Dahi Anno berdarah, Ma. Anno sakit," racau anak itu. Merasa enggan berdiri seolah sedang menunggu seseorang menolongnya.

"Ma, Anno sakit, Ma. Mama dimana? Anno butuh Mama."

Tak lama kemudian tangisan kesakitan pun terdengar dari bibir mungil yang bergetar itu. Terdengar sangat pilu saat mendengarnya. Bahkan, terasa sangat nyata jika mendengarnya dengan jarak sedekat ini. Seolah bisa merasakan rasa sakit yang dia alami.

"Hiks M-mama, Anno mau nyusul Mama hiks. Mama hiks hiks, M-mama dimana? A-Anno pengen ketemu Mama hiks. Anno sakit, mau hiks m-mau disembuhin sama Mama. Hiks hiks Mama dimana, Ma?"

Si anak laki-laki itu masih setia dengan tangisannya dan juga posisinya. Hingga tidak berapa lama terdengar suara langkah kecil lain yang  mendekat. Berhenti tepat disamping tubuh tidak berdaya milik si anak laki-laki itu. Yang ternyata, seorang anak kecil keperempuan terlihat usianya tak jauh dari si anak laki-laki itu berjongkok di dekatnya. Mengulurkan tangannya dan dengan memberanikan diri menepuk pundaknya si anak laki-laki itu.

Puk! Puk!

"Kamu nggak papa?" tanya si anak perempuan itu. Masih tak ada respon dari anak laki-laki itu. Tapi tangisannya sudah tak terdengar lagi.

Si anak perempuan menggoyang-goyangkan lengan milik si anak laki-laki. "Hei, kamu nggak papa? Kenapa tidur dijalan. Ayo bangun."

Dan untuk kali kedua, si anak laki-laki masih bertahan dengan posisinya membuat si anak perempuam itu menggigit bibirnya dengan perasaan khawatir yang sangat terlihat dari raut wajahnya. Mencoba sekali lagi menggoyangkan lengan itu yang terbungkus kaos lusuh.

Damn! It's Fake Love [SELESAI]Where stories live. Discover now