DUA PULUH LIMA

9.2K 878 5
                                    

Hai guys ❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)

YANG MAMPIR JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH :)

¤▪︎▪︎▪︎¤

"
Menjadi dewasa adalah penawaran untuk siap merasakan rasa sakit setiap saat nya. Namun perasaan itulah yang membuat seseorang di sebut dewasa setelah melewatinya.

"

_____

¤▪︎▪︎▪︎¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Hari ini Nataline sarapan bersama Bibi-nya, tetapi gadis itu belum juga melihat Anes keluar dari kamarnya.

"Mah aku berangkat dulu." Anes tersenyum ceria kepada Sang Ibu yang sedang makan di meja makan itu.

Sementara Nataline hanya berpokus pada makanannya saja tanpa mau berbicara apapun. Dia takut tidak bisa mengontrol emosinya dan malah menjadi rumit saja.

"Kak gak mau ngucapin?" kata Anes sebelum melangkah pergi dari rumah.

"Selamat!"

"Makasih Kak, berkat Kakak aku diterima kerja di perusahaan itu."

Nataline hanya menganggukan kepalanya, dia mengingat Angkasa begitu antusias membantu dirinya saat Nataline bertanya apa dia bisa membantunya atau tidak.

Laki-laki itu bahkan memotong pembicaraan dan tidak membiarkan Nataline menyelesaikan ucapannya.

Angkasa berkata itu bagus karena saat Januar keluar dirinya tidak perlu membuka lowongan kerja lagi untuk tim pemasaran. Angkasa sangat percaya kepada Nataline seakan apa yang gadis itu katakan semuanya benar.

Padahal tadinya Nataline ingin membicarakan itu baik-baik dan memberitahu Angkasa kalau Anes bukan anak yang akan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Di satu sisi dia memikirkan Anes dan di sisi lain dia memikirkan Angkasa. Dia tidak tau harus bertindak seperti apa dalam situasi seperti ini. Rasanya Nataline sudah memasukan Harimau ke kandang Ayam.

Tittt ...

Tidak berapa lama sesaat setelah Anes pergi suara mobil Angkasa terdengar kedalam Kontrakan Nataline.

Buru-buru gadis itu mengambil tas selempangnya dan berjalan keluar. Bibinya mengikuti gadis itu padahal Nataline merasa risih dengan hal itu.

"Aku pergi dulu Bi." Dia masih memiliki sopan santun untuk bersalaman sebelum pergi kepada Bibinya yang dulu tidak menganggapnya ada.

"Hati-hati di jalan yah."

Bibi Nataline melambaikan tangan apalagi saat melihat Angkasa yang tersenyum manis kepada wanita itu.

ME AFTER YOU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang