DUA PULUH SATU

10.2K 946 9
                                    

Hai guys ❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)

YANG MAMPIR JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH :)

¤▪︎▪︎▪︎¤

"
Selalu ada waktu yang tidak tepat untuk melakukan sesuatu yang kita harapkan.

"

_____

¤▪︎▪︎▪︎¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Flasback on

Pada hari itu, awan gelap masih menyelimuti kediaman rumah Nataline, dalam rangka berkabung ini Nataline beserta keluarganya kembali berkumpul dalam satu ruangan yang akan membahas hal penting soal warisan.

Mereka hanya menatap Nataline dengan wajah datar tanpa perasaan sama sekali, ekspresi yang di tampilkan oleh tokoh antagonis alih-alih seorang kerabat dekat yang harus mengambil alih tanggung jawab menjaga Nataline.

Suaminya terlihat sangat tegas dan penuh kemarahan. Nataline sudah tau tidak ada alasan untuk dirinya berdebat lagi.

Dia sedang berkabung, kuburan ibunya pun masih basah, baru seminggu dia ditinggalkan ditambah luka lama yang belum sembuh.

Sekarang Paman dan Bibinya itu menuntut Nataline untuk membagi harta warisan Ibu-nya dengan cepat.

Nataline hanya termenung dan menundukan kepalanya, dia merasa sangat pusing, kepalanya terasa seperti akan pecah sekarang.

"Keluarga Mbak Windi cuma kita berdua, sementara aset beliau harus segera diurus atau kamu akan mengambil semuanya Nataline."

Deg.

Dia tidak pernah berpikir seperti itu, sekalipun itu Hak Nataline sepenuhnya, gadis itu tidak pernah merasa mempunyai Hak untuk aset Ibu-nya yang bahkan Nataline tidak tau itu ada.

"Jadi kalian mau aku gimana?"

"Perkebunan dan tanah di desa menjadi milik kami, sementara rumah ini akan tetap menjadi milik kamu."

Nataline tersenyum hampa, rumah ini adalah hasil kerja keras ibu-nya dan juga ayah-nya.

Aset yang mereka berdua itu bilang mungkin memang milik ibu Nataline dan bukankah itu yang harus dibagi.

Namun Nataline tidak mau lagi meributkan hal itu, yang dia inginkan sekarang hanyalah dia tinggal sendiri dan kedua orang itu pergi dari rumahnya.

"Baik akan aku tandatangani Bibi."

Nataline masih mengingat raut licik milik kedua orang itu sampai sekarang. Setelah surat itu Nataline tandatangani bahkan keduanya tidak pernah lagi mencari keberadaan Nataline.

ME AFTER YOU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang