Tin!

"Izinnya enak banget, ngomongnya sakit. Padahal sehat wal'afiat. Hihh! Queen dramatis banget, najis!" Teriaknya ketika melewati dua remaja tersebut. Membuat Kirana menunduk dan terdiam. Angel mempercepat laju motornya kala bola mata Lili membesar seperti ingin memporak-porandakan dirinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Angel pun akhirnya sampai di panti asuhan Al-Qirthas. Suasana panti sedang sepi, karena jam segini adalah waktunya mereka mengaji. Dan sudah di pastikan juga jika Abi Rahman juga tengah mengajar mereka.

Angel pun melangkah kan kakinya ke dapur untuk membantu Mbak Laras yang sedang menyiapkan menu berbuka anak-anak. "Gue bantu ya?"

Mbak Laras tersenyum senang ke arah Angel. Meski terkenal antagonis, Angel selalu ramah padanya dan juga anak-anak. Meski tidak seperti ramahnya gadis lain, namun Mbak Laras memaklumi hal tersebut.

"Mbak Angel cantik banget pakai hijab," ungkap sarah membuat Angel menghentikan kegiatan memotong wortelnya.

"Lo nggak usah puji gue, gue malah ngerasa nggak nyaman pakai hijab."

Laras pun tersenyum. "Nggak papa, memang awal dari hijrah itu sulit mbak."

Angel mengerutkan keningnya. "Siapa yang lo maksud hijrah?"

"Mbak Angel lah."

Angel terdiam, kemudian berdehem. "Mohon maap nih ya, gue nggak lagi hijrah. Gue pakai beginian juga karena perintah dari umi."

Laras pun mengangguk paham, sudah paham betul tentang Angel. Jadi, sekasar dan seketus apapun nada bicara Angel padanya, dia tidak masalah.

"Ini wortelnya mau di masukin sekarang?" Tanya Angel.

"Nanti mbak, sebentar lagi."

"Oh yaudah, nanti lo aja yang masukin wortelnya, gue mau ke kamar anak-anak dulu. Gue udah kangen sama Arhan," pamit Angel kemudian melenggang pergi.

Arhan yang di maksud Angel bukan lah pria sebayanya. Arhan adalah balita berusia 5 tahun. Mendengar cerita Arhan dari abinya waktu itu, membuat Angel penasaran pada sosok balita berumur 3 tahun yang hendak di buang oleh ibu kandungnya sendiri. Melihat betapa malangnya wajah Arhan, membuat abi Rahman pun melarang wanita paruh baya tersebut melakukan tindakannya. Abi Rahman pun membawanya ke panti, dan mengatakan, jika wanita tersebut merindukan putranya, dia boleh menjenguknya di panti asuhan Al-Qirthas.

"Arhan."

Langkah Angel terhenti kala suara bariton di belakangnya sudah mendahuli dirinya yang hendak memanggil Arhan. Angel pun mengalihkan pandangannya ke arah pemilik suara tersebut.

"Ustad Keenan?" Gumam Angel heran. Bukan hanya Angel yang tengah mengerutkan keningnya, Keenan pun sama, hanya saja sedetik setelahnya Keenan mengalihkan wajahnya kala pandangan mereka tidak sengaja bertubrukan. Gadis di depannya tampak berbeda saat ini, bukan seperti Angel antagonis yang ia kenal. Terlihat lebih anggun mengenakan hijab.

"Lo kenapa di sini?" Tanya Angel ketus.

Keenan berdehem, baru saja terlihat anggun, eh kembali ke sifat aslinya. "Saya--"

"Kalian saling kenal?" Tanya abi Rahman membuat keduanya menoleh.

"Abi? Abi kenal ustad Keenan?" Abi Rahman pun mengangguk menanggapi pertanyaan putrinya.

"Ustad Keenan sudah mengajar di panti ini dari 6 hari yang lalu. Kamu mengenalnya dari mana Ngel?"

"Ustad Keenan itu guru agama di SMA Angel bi."

Yang menjadi topik pembahasan pun hanya tersenyum tipis.

"Ustad, Arhan mau setoran surah pendek," ujar Arhan membuat Keenan tersenyum.

Diary Hijrah, ANTAGONISNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ