DHA 04❤

193 41 9
                                    

Masih semangat buat baca DHA?

Kalian baca bagian ini jam berapa nih?

Kalian asal mana aja?
(Pengin tau, biar makin deket aja hehe😅)

Happy Reading! 🌻

Ucapan Keenan tidak main-main rupanya. Kini Angel sedang berada di dalam ruang guru, bersama umi Jannah tentunya. Abinya tidak bisa menemani Jannah saat ini, karena acara di panti asuhan kali ini sangat mendadak.

Abi Rahman, ayah Angel adalah seorang pengurus salah satu panti asuhan. Maka dari itu, tanggung jawab mendidik para anak panti juga menjadi tanggungannya.

Angel memainkan jarinya ketika Keenan berkata tentang semua perilakunya di sekolah, sesekali menatap tajam pria di depannya tersebut. Orang tua mana yang tidak malu jika anaknya ternyata berperilaku layaknya seseorang yang tidak mempunyai etika?

"Maafkan Angel ya pak, setahu saya Angel tidak begitu. Namun diluar dugaan, ternyata perilaku Angel sangat tidak ber-etika, maaf jika perilakunya selama ini membuat para guru susah. Terimakasih banyak ya," ujar Jannah sangat lembut. Keenan pun tersenyum menanggapi.

"Tidak apa bu, masa-masa remaja memanglah banyak sekali pergaulan-pergaulan yang tidak menanamkan kebaikan di dalamnya. Saya hanya tidak ingin jika nantinya Angel terjerumus oleh pergaulan bebas remaja-remaja sekarang."

Hati Angel ingin mencelos saja rasanya, bagaimana mungkin ada lelaki sebijak Keenan? Padahal sudah jelas jika Angel tidak pernah berperilaku baik padanya. Namun balasannya? Secara tidak langsung Keenan menginginkan perkara baik untuk Angel kedepannya. Benar-benar lelaki idaman. Namun Keenan di mata Angel tetaplah sama, Keenan si pengganggu kedamaian hidupnya.

Keenan memandang Angel yang sedari tadi hanya terdiam, namun bibirnya tidak henti-hentinya mendumel. Sudut bibir Keenan tertarik tipis ketika tatapan mereka bertemu, Keenan dengan tatapan teduhnya, sedangkan Angel dengan tatapan seperti ingin menerkam mangsanya.

"Astaghfirullah." Dengan cepat Keenan mengalihkan pandangannya. Secara tidak langsung dirinya telah melakukan zina mata pada perempuan yang bukan mahramnya.

"Baiklah pak, saya permisi dulu," ujar Jannah kemudian pergi dari ruangan tersebut.

Sesampainya mereka di parkiran sekolah, Jannah menggeleng pelan sembari menatap putri semata wayangnya tersebut.

"Selalu bikin ulah, nggak ada habis-habisnya," ujarnya.

Angel menatap Jannah malas.
"Lebih baik umi pulang dulu, kalau mau marah nanti aja ya di rumah. Nggak enak sama murid-murid yang lagi belajar," ujarnya kemudian meninggalkan Jannah yang masih terdiam di tempat.

"Kamu udah besar Ngel, umi hanya mau kamu jadi perempuan yang benar, baik tutur katanya, dan selalu menjaga pandangan pada kaum adam," gumam Jannah penuh harap.

"Umi!" Panggil seseorang membuat Jannah menolehkan badannya.

"Raga?"

Raga pun menghampiri Jannah, tidak lupa pria itu mengecup tangan kanan Jannah dengan sopan.
"Umi darimana?"

"Dari ruang guru Ga."

Raga termenung. Apa yang Angel lakukan sampai-sampai membuat orangtuanya di panggil?

"Angel buat ulah?" Tanya Raga hati-hati.

Jannah pun mengangguk dan tersenyum samar.
"Putri umi nggak berubah-berubah Ga, masih aja nakal dari dulu."

Raga pun mengangguk mengerti. Sudah bukan fenomena langka lagi Angel di panggil oleh dewan guru. Namun yang membuatnya heran, setiap kali gadis itu terlambat, tidak pernah ada yang menghukumnya.

Diary Hijrah, ANTAGONISWhere stories live. Discover now