DHA 07❤

183 35 22
                                    

Sore ini, Angel meminta izin pada uminya untuk pergi ke panti. Setelah di izinkan, Angel pun segera memasuki kamarnya untuk mencari baju yang akan ia pakai. Meski tidak mengenakan hijab, tapi Angel berusaha agar terlihat lebih sopan di depan anak-anak panti.

Setelah selesai dengan acara rias merias diri, Angel pun segera berangkat menggunakan motor abinya yang tidak di pakai. Abi Rahman memiliki dua motor, namun yang satu memang jarang sekali ia pakai, dengan alasan lebih nyaman dengan motor biasanya.

"Masyaallah anak umi... udah mirip sama badut ancol kamu." Jannah mengelus dadanya sabar ketika melihat penampilan putri semata wayangnya.

Angel mengeryitkan keningnya, ia pun mengaca pada spion, Angel rasa tidak ada yang salah dengan wajahnya. Angel tadi juga hanya mengenakan sedikit bedak dan lips ice berwarna merah maroon agar bibirnya tidak terlalu pucat. Namun mengapa uminya menganggap dirinya badut? "Umi lagi muji Angel?"

Jannah berdecak, kemudian mendekat ke arah Angel. "Kamu ini, sejak kapan kamu bisa dandan kayak gini?!"

"Ayolah umi, Angel kan anak muda. Umi lihat lah perawan-perawan zaman sekarang, good locking semua! Umi mau Angel di bilang anak gembel karena nggak kayak mereka?" Bukannya menenangkan, perkataan Angel cukup membuat umi Jannah menatapnya tajam.

"Bersihin muka kamu dulu! Habis itu ganti pakaian kamu, pakai hijab juga. Sekali-kali Ngel, umi itu pengin kamu pakai hijab."

Angel terdiam. Susah-susah dirinya berdandan agar banyak yang memandang, uminya malah menghancurkan ekspektasinya. "Ck, umi ini gimana sih? Baju yang Angel pakai udah sopan. Nggak perlu pakai hijab segala."

Umi Jannah menggeleng mendengar ucapan putri semata wayangnya. "Kamu itu di bilangin masih aja ngeyel, kamu kesana mau lihat anak-anak panti berbuka puasa sunnahkan?" Angel mengangguk sebagai jawaban.

"Cepet ganti baju yang kamu bilang sopan itu, emangnya kamu nggak malu? Di sana anak kecil-kecil juga udah nyaman pakai hij---"

"Iya iya iya! Angel ganti pakaiannya!" Ketus Angel kemudian kembali memasuki rumahnya. Jannah hanya mampu menggelengkan kepala, putrinya memang sangat susah jika di suruh untuk berhijab. Padahal dirinya sudah ribuan kali mengingatkan, berapa banyak kalipun di ingatkan jika hidayah memang belum menemui kita, ya tidak akan bisa kita berubah secepat itu.

Setelah beberapa menit, Angel pun keluar dari rumahnya. Tampilan Angel kali ini membuat umi Jannah tersenyum simpul. Bagaimana tidak? Angel sudah mengganti pakaiannya. Emm ralatnya, Angel sudah menutupi kaos yang tadi ia pakai dengan kardigan rajut miliknya yang berwarna dusty. Tidak lupa, Angel pun mengganti celana levisnya dengan rok plisket berwarna hitam. Dan hijab pashmina yang menutupi mahkota indahnya, meski hijab tersebut belum sempurna menutupi dadanya, tapi tidak apa. Daripada tidak menggunakan hijab sama sekali.

"Udah nih! Hadeh, umi ini bikin Angel gagal aesthetic di depan orang-orang. Udah gitu panas lagi." Mulut Angel tidak berhenti mendumel dari tadi. "Lagian umi nggak tau fashion ya? Dandanan Angel tadi udah fashionnable banget, gara-gara umi nih, Angel nggak jadi--"

"Udah-udah, ini usah jam empat sore. Lebih baik kamu cepetan ke panti."

Angel pun mengangguk kemudian menyalimi tangan umi nya. "Hati-hati bawa motornya." Angel mengacungkan jempolnya.

Setelah menyalakan mesin, Angel pun melenggang pergi. Jannah tersenyum menatap kepergian putrinya, ibu satu anak tersebut berdoa, agar Angel mau untuk melakukan kewajiban seorang wanita, yaitu ... menutup auratnya.

Angel bersenandung lirih sembari fokus dengan jalan.  Jarak Panti asuhan milik abinya tidak terlalu jauh dari kediamannya. Angel menajamkam penglihatannya kala melihat dua remaja tengah berdebat di pinggir jalan. Dua remaja tersebut tidak lain adalah Kirana dan sahabatnya, Lili. Angel mengedikkan bahunya acuh, ia masa bodoh dengan kedua gadis tersebut. Terlebih pada Kirana, ia malas bertemu dengan kekasih dari pria yang di cintainya.

Diary Hijrah, ANTAGONISWhere stories live. Discover now