DHA 14❤

147 28 12
                                    

Jam 22.00 para santri selesai sawir, atau kerap di namakan musyawarah. Meski Angel adalah santri baru, tetapi dirinya tetap mengikuti syawir dengan santri lainnya. Para santri mendapat waktu 15 menit untuk istirahat sebelum solat mujahadah di mulai. Ada sebagian dari mereka yang memilih tetap belajar, ada yang langsung mengambil air wudhu kemudian membaca al-qur'an, ada yang sedang muthala'ah kitab, dan ada juga yang suka ghibah. Beda halnya dengan Angel, gadis tersebut menggunakan waktu 15 menit untuk tidur pada paha Risa sebagai bantalan. Risa tidak keberatan, lagi pula dirinya juga hanya sedang membaca kitab.

Risa melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 22.11, itu artinya 4 menit lagi solat mujahadah di mulai. Para santri pun sudah banyak yang bersiap menuju masjid.

Risa menepuk pelan pipi Angel, membuat sang empu mengganti posisinya dan meracau tidak jelas.
"Mbak, bangun mbak. 4 menit lagi mujahadah. Nanti kalau telat bisa kena takzir."

"Huamm- mending lo duluan. 2 menit lagi gue ke sana," jawab Angel dengan mata yang masih terpejam.

"Ya sudah, mbak geseran, pake bantal ini dulu. Risa mau ke masjid dulu," ujar Risa sembari memberikan bantal pada Angel.

Setelah Risa pergi, Angel pun kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu. Beruntung tidak ada santri yang tertinggal. Hanya ada beberapa santri yang udzur saja, jadi aman-aman saja. Mereka mana mau jika saja ada yang menyuruhnya membangunkan Angel. Selain raut Angel yang jutek, mereka juga takut jika sifat antagonis darinya keluar.

Byur.

Angel terperanjat ketika seseorang mengguyur wajahnya dengan air. Ia terbangun dengan perasaan dongkol.

"Maksud lo apa?!" Bentaknya pada santri tersebut.

Para santri yang ada di kamar tersebut pun sontak membulatkan matanya. Mereka terkejut akan aksi Angel yang sangat berani membentak santri tersebut.

"Ini waktunya mujahadah! Dan lo masih tidur?!" Santri tersebut menyedekapkan kedua tangannya di depan dada.

"Lo siapa? Berani-beraninya nantangin gue," tanya Angel sembari berdiri. Angel mendekatkan dirinya pada santri yang terlihat lebih tua 3 tahun darinya.

"Gue Fira, pengurus keamanan di sini, wajarlah gue guyur lo pake air. Ini emang tugas gue," ujarnya sombong.

"Keamanan? Gue nggak takut sama keamanan modelan patung pancoran kayak lo!"

Fira melotot ketika dirinya di katai patung pancoran oleh santri baru tersebut. "Lo nggak boleh ngremehin gue, gimanapun gue lah yang udah di utus gus Abi buat ngurusin human semacam lo!" Ujarnya bangga.

"Kayaknya gus Abi udah salah milih orang, gue nggak yakin lo bener-bener ngerjain apa yang dia tugasin. Gue tau, lo itu cuma gila pangkat!" Sarkas Angel membuat Fira memalingkan wajahnya.

"Heh! Gue lagi ngomong sama lo, kenapa? Lo takutkan sama gue?" Tanya Angel membuat Fira kembali menatapnya.

"Gue akan laporin lo ke gus Abi." Setelah mengatakan hal tersebut, Fira keluar tanpa permisi. Meninggalkan Angel yang tidak berhenti mengucapkan sumpah serapah untuknya.

"WOY! PENGECUT LO!" Teriaknya sangat keras.

"Udah mbak Angel, biarin. Nanti mbak Fira lapor ke gus Abi gimana?" Ujar Bila menenangkan.

"Iya mbak, dia suka nambah-nambahin cerita kalo lapor ke gus Abi. Caper sih," timpal Tika.

"Udah ya mbak Angel yang sabar." Reva pun juga tidak lupa menenangkan Angel.

"Mau gimana lagi, dia salah La! Kalian mau aja di tindas pecundang kayak dia," jawab Angel dengan dada kembang kempis.

Santri-santri yang lain selesai melaksanakan mujahadah. Satu persatu dari mereka pun memasuki kamar karena kantuk sudah sangat melanda.

Diary Hijrah, ANTAGONISWhere stories live. Discover now