Ah, iya. Letta dan Zanna juga berada di sini. Mereka saling memandang cemas dan gelisah. Perasaan mereka tiba-tiba tidak enak.

Dokter berlalu secepat angin berhembus ke wajah mereka tanpa mereka bisa bertanya.

Pintu itu kembali tertutup dengan para tenaga medis yang sudah berada di dalam ruangan.

"Ada apa, ya?"

"Berdoa aja."

Alan yang berada di dalam keluar dengan tubuh loyo dengan wajah yang mungkin, terlihat sangat lelah.

Kelopak matanya berwarna hitam dengan pancaran bola mata yang berkunang-kunang.

"A-alan? Olivia kenapa, nak?" tanya Desi mendekati Alan yang langsung memeluk ibunda-nya.

Alan hanya menggeleng di pelukan ibunya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Hiks," isakan itu lolos tanpa bisa ditutupi lagi.

Mata Alan memanas, ia memejamkan matanya hingga buih bening itu lolos dari kelopak matanya.

"Alan capek, Ma..capek," lirihnya dengan suara serak dan tercekat.

"Hiks." Mata yang sering menunjukkan sisi ketajaman kini hanya pancaran sendu yang ada.

"Kenapa Tuhan? Kenapa harus Olivia?" bisiknya menahan sakit hatinya.

"Alan capek, lelah. Alan...Gak kuat," ujarnya bergetar dengan kedua tangan yang terkepal.

Alan melepaskan pelukan dari sang Ibu yang meneteskan air matanya lalu duduk bersandar di tembok dengan memejamkan matanya.

Kedua tangannya yang terkepal kini memukuli pahanya sendiri dengan kasar tanpa membuka matanya.

"Arghh," gumamnya menggigiti bibirnya sendiri.

Hening.

Semuanya hanya menatap Alan sendu. Mereka merasa sangat iba dengan keadaan ketua mereka.

Alan? Mereka rasa Alan tidak pernah menangis di depannya namun, sekarang hanya karena seorang Perempuan Alan dengan berani dan terang-terangan meneteskan air matanya tanpa rasa malu di depan semua anggota Avigator.

Srett

Alan bangkit dari duduknya dengan kasar lalu berlari sekencang mungkin hingga banyak orang yang tertabrak.

Alan tidak perduli.

Sekarang, ia hanya butuh memenangkan diri, hanya itu.

Dengan penampilan urakan Alan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Banyak orang sampai mengumpatinya dan klakson orang-orang yang terus berbunyi untuknya.

Naas, ia sama sekali tidak perduli. Untuk sekali ini saja ia ingin egois.

Baju dan rambutnya bertegangan kencang akibat cara laju motornya yang sangat cepat

Baju dan rambutnya bertegangan kencang akibat cara laju motornya yang sangat cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Fuck,"

"I'M SO tiring ."

"ARGHHHHHHH!!!" teriaknya membuat orang-orang disekitarnya bingung.

"STRONG, BABY. I NEED YOU!"

•••

"Kakek.."

"Jangan ajak istri Alan.."

"A-alan masih butuh Olivia," lirhnya setengah terisak.

Alan cengeng? Biarlah Alan sama sekali tidak perduli.

"Apa kakek tega biarin Alan hidup tapi mati karena Olivia?"

"Alan udah berusaha 'kan buat nutup hati Alan buat dia, Alan udah gak lagi nyari dia walau s-susah banget, kek."

"Jadi, tolong jangan ajak Olivia di alam yang berbeda dengan Alan. Alan gak bisa, gak bisa." Punggungnya bergetar hebat menumpahkan segalanya di depan makam sang kakek.

"A-alan, s-sakit.."
 

"Ka-kapan Olivia sembuh, kek?"

"Alan gak kuat liat Olivia begitu, hiks." Hidung dan mata merah serta ingus yang tumpah-tumpah membuat Alan justru seperti anak kecil yang menangis tidak di belikan mainan. Sangat lucu, hanya demi...Olivia seorang.

Drttt...Drttt...

"Alan cepet ke rumah sakit."

"Olivia...."

Deg

TBC....

Sekali lagi semoga kalian bisa mengobati rindu dengan para fiksi ini🥰❤️

Spam komen disiniii!
.

Untuk info-info tentang ALAVIA bisa cek medsos diatas ya guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk info-info tentang ALAVIA bisa cek medsos diatas ya guys..

22/1/22
21.22

ALAVIA (TERBIT)On viuen les histories. Descobreix ara