Part 15 : Believe it

Start from the beginning
                                    

"Niall- oh i mean Baby. Aku mencintaimu bukan karena famous, punya banyak uang, atau apapun itu yang ada di fikiranmu. Aku menerimamu bukan karena aku menginginkan ketenaran.Aku menerimamu karena aku memang mecintaimu. sangat mencintaimu" Ujarku sambil merangkup pipinya dengan kedua tanganku dengan wajah yang tak kalah seriusnya dari Niall.

"Aku mencintaimu babe" Ujar Niall yang sekarang memelukku. cuaca dingin sepertinya tidak berpengaruh karena aku telah mendapat kehangatan di sini. Dia melepaskan pelukannya dan menatap wajahku lembut.

"I love you too baby" Ujarku padanya, yang sekarang wajah kita sudah menghadap satu sama lain. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku, tak berselang lama dahi kita sudah menempel satu sama lain ,hidung kita sudah menabrak satu sama lain-maklum kita sama-sama memiliki hidung mancung dan benar sekali tebakanku, Niall menciumku.

He kiss me softly and passionatelly. Dia merangkul pinggangku dengan possesive-nya tanpa sadar tanganku sudah melingkar di lehernya. Niall mengangkat pinggulku dan menyuruhku untuk duduk di pangkuannya. Aku bergerak menuju ke arah Niall, aku segera mendaratkan bokongku di pahanya, sambil mulut kami yang terus melumat satu sama lain, Niall menarik tubuhku maju, untuk menarik tubuhku lebih dalam lagi. Tangan Niall juga melakukan hal yang sama, dia menarik pinggulku untuk lebih mendekatinya. Aku bisa merasakan Mr.P nya yang menusukku tepat di bagian sensitiveku.

"You wanna doing it tonight?" Tanyanya di sela-sela ciumannya yang sudah berubah menjadi ciuman panas.Entah apa yang merasukiku, aku baru saja berpacaran dengannya beberapa menit yang lalu dan kami sudah mau melakukannya , apa ini wajar? Ah berengsek. Tanpa basa-basi lagi aku hanya menganggukkan kepalaku pertanda jawabannya dan kembali menciumnya dengan ganasnya.

Niall berdiri dari bangku taman tadi, dia menggendongku yang tengah bertengger di depannya dan melingkarkan kedua kakiku di pinggulnya, dan dia terus menciumiku sambil terus berjalan menuju ke arah basecamp. Satu hal lagi yang kuketahui dari Niall He is a good kisser. Kami eh maksudku Niall berjalan dengan perlahan menuju ke arah tangga dan menaikinya, tidak berniat sama sekali untuk membangunkan the boys yang tetap tertidur dengan nyenyaknya di sofa dan di atas karpet.

Dia membuka pintu sebuah kamar, yang entah kamar siapa ini dengan menggunakan sebelah tangannya dan menutupnya dengan perlahan. Niall meremas-remas bokongku dengan lembut ,yang otomatis mampu membuatku mengeluarkan suara desahanku. Dia merobohkan diriku di tempat tidur yang sungguh bisa dibilang sangat nyenyak-tak kalah nyenyak dengan tempat tidurku sendiri. Dia menciumiku dengan lembut dan panas

"Your room?" Tanyaku di sela-sela ciuman kami, dan dia hanya mengangguk sambil terus menciumiku.Tangan Niall sudah menjalar ke mana-mana. Dia meremas remas payudaraku, ciumannya di bibirku dilepasnya dan dia beralih kebagian leherku dengan lembutnya.

"Ahh Ni--Alll" Desahku sambil menengadahkan kepalaku sehingga membuatnya dengan leluasa menikmati leherku. Sesekali dia menghisap dan menggigitnya-ah awas saja jika besok aku menemukan banyak kissmark.

Niall menarik bajuku, maksudku baju Zayn yang dipinjamkannyan padaku, dia melepas bajuku sehingga aku sekarang hanya dibalut dengan trining Niall dan juga bra. Aku melakukan hal yang sama oleh Niall, Aku melepaskan baju Niall. menarik bajunya ke atas sampai dia bertelanjang dada, uhh badannya sungguh Hot. Niall tetap menciumi setiap inchi tulang leherku dan menjelajahi bahu dan punggungku dengan jari-kirinya. Aku mendesak merasakan sentuhannya. Niall berdiri menjauh, dia menanggalkan celananya sehingga kini hanya tersisa boxernya saja. Sementara tubuhku yang masih berada di atas ranjangnya, namun kakiku masih berpijak diatas lantai melihatnya melepaskan semua pakaiannya.

"Oh he is so damn hot" Batinku menyeringai

"Lepaskan pakaianmu babe" Ujar Niall sambil mendekat ke arahku, sontak aku langsung memegang celana yang dipinjami Niall untuk melakukan apa yang diminta.

Unpredictable (Niall Horan)Where stories live. Discover now