Part 28 : New Year Eve

1.9K 93 2
                                    

Aku dan Niall beserta the boys bercanda-canda tanpa henti. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya the boys harus bersiap-siap untuk pergi interview dan meet and greet nya. Sebenarnya Niall mengajakku, tapi aku lebih memilih untuk tidur karena badanku terasa seperti tertimpa ribuan batu berton-ton beratnya. Dan jet leg ini masih terbayang-bayang dalam tubuhku. The boys dan crew meninggalkan area hotel untuk menuju ke tempat interview. Aku segera kembali menuju kamar Niall (karena aku tadi mengantar Niall sampai ke Lobi hotel). Baru saja aku memejamkan mataku, kudengar ada suara ketukan pintu. aku menggeram tak percaya dengan entah siapa yang mengetuk pintu itu. Aku segera beranjak dari tempat tidur Niall, dan berjalan dengan langkah yang sangat malas menuju pintu.

"Who is that?" Tanyaku dari dalam. Ya tentu saja aku harus bertanya. I mean this room is Niall's room. Bisa bahaya kan nanti kalau ada orang asing yang masuk kesini dan mengobrak-abrik tempat ini sambil mencari Niall disetiap sudut kamar ini? Okay aku mulai berlebihan.

"Its me" Jawabnya dari seberang pintu. Dia gila atau apa? jawaban kok tidak jelas sama sekali. dude i know its you, but i need a name not the fucking "its me" answer. Sorry tempramenku sangat buruk sekali. Dengan terus menggerutu, dan aku yang sangat malas berbicara akhirnya membuka pintunya.

"OLIVIA!!! I MISS YOU SO MUCH BABY!!!" Dan pekikan seorang perempuan pun akhirnya terdengar dan mataku sukses mengerjap dan terkejut bukan main melihat ke arahnya. Dia memelukku dengan sangat erat dan tentu saja kubalas dengan erat juga. Ahh aku sangat rindu dengan suara imutnya.

"Oh my god. I miss you too Ele!!!" Ucapku. Yap she is Eleanor Calder.

"Hey sister!!!!" Ucap Perrie dan Sophia bersamaan, yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Eleanor. Dia menghambur kepelukanku dan kubalas dengan pelukanku juga yang tak kalah erat. Sungguh aku sangat merindukan kakak-kakak cantikku ini.

"Lets come in" Ucapku senang. Mereka mengangguk dengan senyuman indahnya lalu masuk kedalam kamarku. Eh maksudku kamar Niall. Ah bukan maksudku kamar pemilih hotel ini. Ah entahlah tak usah dijelaskan juga.

"Kalian datang bersama-sama dari UK?" Tanyaku pada mereka ketika baru saja menempelkan bokongku di ranjang yang empuk ini.

"Yap. Kamu sudah datang dari tadi?" Jawab Perrie sekaligus tanyanya.

"Yap. Beberapa jam yang lalu"
"Kok bisa tahu kalau aku ada di kamar Niall?" Tanyaku sekali lagi. Mungkin aku akan bertanya menjadi berkali-kali pada mereka semua.

"Tadi Liam yang memberitahuku. Katanya kamu ada dikamarnya Niall. Jadi kita memutuskan untuk kesini saja dari pada ikut the boys. Aku sangat capek" Jelas Sophia.

aku dan yang lain hanya mengangguk. Entah apa maksud dari Ele dan Perrie yang ikut mengangguk. Mungkin mereka mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Sophia yang berkata bahwa dia capek, sedangkan aku mengangguk bahwa aku mengerti dengan arti ucapannya.

Aku dan The girls bercanda serta tertawa-tawa bersama di dalam kamar Niall.Dan jangan heran juga bahwa kita tadi sempat bermain salon-salonan. eits jangan salah. Mungkin kata lain 'salon-salonan' menurutku dulu adalah membuat wajah seseorang menjadi berantakan, namun untuk aku sekarang 'salon-salonan' memiliki kata yang bermakna. Yaitu membuat setiap wanita menjadi lebih cantik bila diurusi dengan ke-3 wanita ajaib ini. Ya siapa lagi kalau bukan Sophia, Ele, dan Perrie? Kalau aku sih jangan ditanya lagi. Bahkan aku memakai eye liner saja membutuhkan waktu berjam-jam lamanya.

Aku merebahkan diriku di ranjang Niall dan selanjutnya diikuti oleh the girls yang lain. Ya kita tadi baru saja selesai makan siang di restoran hotel ini, karena sedari tadi perut Perrie dan Eleanor meronta-ronta untuk makanan. Kebetulan sekali ranjang Niall berukuran sangat besar, jadi cukuplah untuk kita berempat tidur dalam satu ranjang. Kita berbincang-bincang dengan posisi tiduran sambil menunggu the boys datang. Namun lama kelamaan mataku terasa sangat berat, mungkin bila didiskripsikan seperti bola lampu, mataku tinggal 1 Watt saja. Aku melihat Eleanor yang berada di sampingku yang ternyata sudah memejamkan matanya dan bernafas tenang.

Unpredictable (Niall Horan)Where stories live. Discover now