Part 11 : i Love Him

2.4K 126 11
                                    

*Still Nial pov*

Aku mendekatkan wajahku lagi sampai bisa menatap mata indahnya dan berlanjut menatap bibir sexinya yang mungil itu. Kucium bibirnya lembut, aku menciumnya dengan selembut mungkin, sampai tak lama aku merasakan dia membalas ciumanku, aku menyeringai kecil.

"Uhm rasa strawberry. i love it" gumamku dan kembali menciumnya lagi, dia tersenyum, tersipu malu. Entah kenapa semakin lama nafsuku semakin besar, nafsu untuk segera memasukinya.ah ciuman ini semakin lama semakin kasar dan penuh hasrat. Dia terlihat mencari waktu untuk bernafas, kuketahui itu sehingga aku melepas ciumanku untuk sejenak dan menciumnya lagi dengan penuh hasrat. Entah sejak kapan tanganku berada di pinggulnya dan tangannya sudah mengalung di leherku, dia menarik kepalaku untuk lebih mendekat kearahnya, bermaksud untuk memperdalam ciuman ini. Nafas kita beradu, terdengar suara yang sexi di mobil ini karena mobilnya yang hanya terisi oleh kita berdua. Tanganku mulai masuk menyelusup ke pahanya, dia menggerang kecil.

"Apa kita akan melakukannya di mobil?" Tanyaku dalam hati. tapi sungguh aku tidak memikirkan itu sekarang. dia sudah sukses membuat adik kecilku menegang, ingin segera memasuki dirinya dengan milikku.

Ketika aku akan memasukkan tanganku kedalam celana dalamnya aku merasakan sorotan lampu warna kuning dengan tajam. sontak itu membuatku dan olivia terhenti seketika dan kembali ke tempat duduk kita masing masing.

"Shit" ucapku kesal dan kurasa itu didengar olehnya. biarlah aku tidak peduli.

"Kenapa juga mobil itu harus lewat? sial. dia sudah membiarkan adik kecilku menggerang kesal" Umpatku dalam hati.

Aku melihat Olivia yang sekarang sedang tertunduk, mungkin tertunduk malu. Aku tidak tahu apa yang baru saja aku lakukan, aku sudah terlewat hasrat. tapi percayalah, aku sungguh menikmati ini. dia hanya berbeda dengan gadis-gadis yang lain. Setelah beberapa lama dilanda kebisuan ,akhirnya akupun mengangkat pembicaraan.

"Well kita pergi ke Starbucks sekarang?" Tanyaku pada Olivia yang sedari tadi menunduk kini sudah menatap wajahku dengan mimik wajah tak percaya. mungkin dalam pikirannya 'aku akan marah padanya, atau aku akan menganggapnya bit*ch'. tapi percayalah aku tak pernah menganggapnya seperti itu.

"ya. terserah kau saja" Ucapnya dengan tersenyum ke arahku, senyum yang sangat dan sangat kusuka.

"Umm bagaimana kalau kita pergi makan malam saja? aku lapar sekali" Ujarku dengan menunjukkan puppy faceku. andalan terbaikku. Olivia tertawa terbahak-bahak melihatku. dia mencubit perutku, cukup sakit sih tapi aku menyukainya.

"Uhh tidakkah kau sadar, mukamu jelek sekali.. hahahahah" Ujarnya masih tertawa lepas. sungguh gadis ini memang beda dari yang lain, dia bahkan tidak menjaga tawanya yang keras itu di hadapanku, tapi aku menyukai kepolosannya. Tak menanggapinya, aku hanya mengerucutkan bibirku dan memasang wajah semelas mungkin. ahh tapi kurasa walaupun aku memasang gaya wajah model apapun, aku tetap tampan.

"Hehe ya ya maaf.. yauda ayo tampan" Ucapnya tapi masih sambil terkekeh

Bahagia. itulah yang kurasakan sekarang. kenapa? karena aku akan pergi dinner berdua dengannya. ingat. hanya BERDUA . ahh apa ini bisa dinamakan kencan? Aku melajukan mobilku dengan kecepatan rat-rata, kami menuju ke restoren Italia. Sebenarnya aku ingin memakai kaca mata dan beanieku. alasannya? ya supaya aku bisa menikmati acaraku berdua dengannya. tapi kalau dipikir-pikir , kalau aku memakainya nanti Olivia jadi illfeel padaku? mungkin nanti orang akan berkata aku seperti orang buta karena memakai kaca mata hitam di malam hari dan di dalam ruangan pula. okay fix jadi aku tidak akan memakai apapun. biarlah polosan seperti ini. Olivia juga terlihat cantik dengan dress nya.

Aku turun dari mobil, memutari mobilku dan membukakan pintu untuk Olivia .

"Silahkan Princess" Ucapku dengan senyumanku

Unpredictable (Niall Horan)Where stories live. Discover now