Part 8 : The Fight

2.2K 127 8
                                    

Aku segera menuju ke kamarku ketika baru saja menginjakkan kakiki di rumah besarku ini. Tak peduli dengan koperku yang kutaruh disembarang tepat. rumahpun sangat sepi. mom dan dad sedang berlibur ke Ireland kemarin. sebenarnya aku berniat untuk stay di Tennesse selama satu pekan, tapi kirasa nasib tidak menyetujui rencanaku. disinilah aku sekarang. menangis sendiri di dalam kamarku, aku duduk di samping kasurku,kuletakkan kepalaku diantara lututku yang telah kulipat sejak tadi, kutenggelamkan wajahku disana. ingin aku melupakan semua hal yang baru baru ini terjadi, ingin sekali. tapi kurasa semakin aku ingin melupakannya aku malah menangis semakin kencang. aku heran kenapa air mataku tak ada habisnya untuk menangisi si berengsek itu, si berengsek yang sangat aku cintai. Hati ini sakit,Hancur berkeping keping. Bagaimana bisa aku mencintai laki laki bajingan seperti itu.

Tiga hari lamanya, tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu, tiga hari juga aku masih dalam kondisi seperti ini. aku tak menyangka dia berpengaruh besar dalam kehidupanku, kehidupan cintaku. pikiranku selalu kembali dalam moment moment ketika kita masih berasama,ingin sekali aku mendapat penyakit amnesia sekarang ini , atau bahkan ingin sekali aku hilang ingatan. Air mataku terus mengalir tiada henti, aku kacau. kacau sekali. Kupandangi wajahku-pantulan diriku di depan cermin, aku seperti orang gila yang berada di jalan jalan, wajahku kusut, kantung mataku parah, cekungan hitam di bawah mataku, mataku sembab, hidungku merah, pipiku merah, rambutku seperti singa yang kelaparan, dan kurasa badanku juga semakin kurus. Sempat aku berfikir aku tak boleh seperti ini, aku tak boleh menangisi cowok berengsek seperti dia tapi apa daya, aku tak bisa. aku terlalu lemah. aku terlalu mencintainya dan aku terlalu dikhianatinya. Justin mencoba menelfonku hampir ratusan kali, tapi satu panggilanpun tak aku angkat begitu juga dengan Luke. Waktu di LAX Airport aku memang memberitahu Luke bahwa aku akan kembali ke London, aku berniat supaya dia bisa menjemputku ketika aku sampai di Heatrow Airport, tapi nyatanya dia masih di rumah saudaranya. Luke sering datang ke rumahku akhir akhir ini. bagaimana aku bisa tahu? ya karena dia mengetuk pintuku sambil memanggil manggil namaku, tak peduli dengan tetangga di sebelah rumah yang marah marah karena ulahnya. Tapi maaf Luke aku tak bisa membuka pintu rumahku untukmu, aku butuh sendiri Luke, aku tak bisa terlihat cengeng di depan seorang laki laki.
Ting Tong Ting Tong Ting Tong

Bel rumahku terus berbunyi sedari tadi, aku membiarkannya. tapi kurasa tamu itu tidak mau menyerah. nyatanya sudah hampir setengah jam bel rumah itu berbunyi. akhirnya kuputuskan untuk segera kekamar mandi, membasuh wajahku lalu menyisir rambutku sedikit dan segera turun ke bawah untuk membuka pintunya.

"Olivia!! kamu kemana aja? lama sekali bukain pintunya. kamu bikin aku kawatir tau gak! apa kamu mati ah? aku telfon kamu ratusan kali tapi tak ada satupun panggilanku yang kau jawab! kau tak--" Omongan Luke tiba tiba berhenti ketika aku memeluknya dengan sangat tiba tiba. sungguh kenapa aku jadi cengeng seperti ini?? aku menangis sekeras kerasnya di dada Luke

"Kau kenapa?Kenapa menangis? kau tak apa?" Ucaonya kawatir sambil memelukku kembali dengan erat dan membelai rambutku dengan lembut.

"Justin Luke... Justin.. dia... hiks hiks" tangisku semakin pecah ketika menyebut namanya. entahlah justin seperti heroin di tubuhku, baru saja aku menyebut namanya aku malah menangis seperti ini.

"suttt tenanglah. ceritakan padaku semuanya. ayo masuk" ucap Luke lembut sambil terus memelukku dan masuk kedalam rumahku. tapi hey ini kan rumahku, kenapa malah dia yang menyuruhku masuk? ugh sudahlah aku tak mau mempermasalahkan tentang ini.

"Sudah puas nangisnya?" ucapnya setelah sekian lama dia terus menenangkanku di sofa rumahku. aku menarik tubuhku menjauh dari dekapannya

"Maaf aku membuat bajumu basah" ucapku seadanya

"its okay. so mau bercerita padaku?" ucapnya lembut dan aku hanya mengangguk lemah

"siapa Justin?" tanyanya dengan exspresi yang tak dapat aku jelaskan

Unpredictable (Niall Horan)Where stories live. Discover now