Part 24 : Awake

1.7K 102 3
                                    

*Nial Pov*

Secara perlahan aku membuka mataku, badanku terasa tak memiliki tenaga sedikitpun, sungguh lemas, kerongkonganku terasa kering seperti belum minum selama satu minggu. Aku melihat sekeliling ruangan, dan tebakanku dari awal aku bangun memang benar karena sedari tadi aku mencium bau obat-obatan. aku di rumah sakit.

Seingatku terakhir kali aku masih berdiri di pesawat bersama Zayn. aku merasakan tangan kananku yang sedikit lebih berat dan terasa kram sebenarnya. Aku menoleh ke arah lenganku dan aku langsung tersenyum simpul dengan indahnya. Aku mendapati perempuan cantik berambut blonde lurus, yang tergulai menutupi wajah cantiknya. Dia terlihat capek sekali. Memang sejak jam berapa aku di sini? dan sejak jam berapa juga dia di sini? Dan lihat saja apa yang dikenakan dia sekarang. Aku baru menyadari bahwa Olivia masih menggunakan seragam sekolahnya, cuman blazernya sudah tergantung di kursi yang didudukinya. Apa dia belum pulang ke rumah? aku menengok ke arah kiriku, hari sudah gelap dan dia belum juga pulang. Apa orang tuanya tidak cemas mencarinya? atau memang orang tuanya sedang keluar kota atau ke luar negeri? mengingat kedua orang tuanya sering sekali bepergian. Tapi dilain sisi aku senang sekali dia menungguku di sini, hanya dia. Aku tidak tahu kemana semua orang, yang jelas yang ada di ruang ini hanya aku dan dia. Aku mengusap-usap kepalanya dengan pelan, menyelipkan rambut blonde lurusnya kebelakang telinganya sehingga terlihatnya wajah cantiknya yang sedang tertidur.

"Sungguh indah ciptaanmu ini tuhan" Batinku sambil tersenyum simpul.

Berhubung dia terlihat capek dan tertidur pulas,aku jadi tidak mau membangunkannya. Aku melihat jam dinding kamarku yang sudah menunjukkan pukul 11:30 malam.

"Wow seingatku aku tiba di London pukul 2 siang tadi" ujarku sendiri setelah menyadari bahwa aku tertidur layaknya orang mati. Aku mencoba mengambil beberapa botol air mineral yang terdapat di meja sampingku tapi berjarak cukup jauh dariku. Aku melihat tulisan di botol-botol mineral tersebut dan tersenyum lebar. kalau aku tidak dalam kondisi lemas mungkin aku akan tertawa terbahak-bahak.

"Please drink us. We need people to drink us!! im a pretty girl, drink us. -The Lads ^_^- "

Haha sungguh menjijikkan sekali dengan emoticon semacam itu. tapi dilain sisi aku sungguh beruntung mempunyai 4 saudara idiot yang sangat peduli denganku. Siapapun salah kalau mengatakan bahwa the boys tidak peduli satu sama lain, termasuk aku. Aku melepaskan tanganku yang dipegang Olivia secara perlahan, tidak bermaksud untuk membangunkannya. Aku mencoba merai sebotol air minum diantara -entahlah mungkin 10 botol air minum. Dan Hey? apa aku mengalami dehidrasi? . Tapi entah kenapa tubuhku serasa bertambah lemas tapi sejujurnya aku sudah tidak dapat mentolelir rasa kering di tenggorokanku. Aku bangkit dari tidurku, berjalan sedikit untuk meraih botol air mineral yang terdapat di meja tersebut. Setelah 2 langkah berjalan, entahlah kurasa semua pandanganku menjadi buram dan lama-lama menjadi gelap. BRUKK!!!

*Prov End*

BRUKK!!!

aku terbangun dari tidur nyenyakku karena mendengar seperti suara barang terjatuh, atau mungkin orang? Aku melihat ke arah tempat tidur Niall, tapi tak ada Niall disana. Aku berlari kearah sumber suara dengan cepat. Well hanya mengitari tempat tidur sih.

"Oh my god Niall!!" Aku berteriak terkejut melihat Niall tertidur di bawah. Eh maksudku pingsan di bawah dengan posisi yang sangat tidak baik. Botol-botol air mineral jatuh di sebelahnya dan ada juga yang jatuh di kepalanya. Aku segera berjalan ke arahnya dengan perasaan kalut, membalikkan tubuh Niall karena jatuhnya dalam posisi telungkup.

"DOCTOR!!! HELPPP!! HELPPPP!!!" aku berteriak dengan keras-tak peduli dengan semua orang yang akan bangun pada malam hari. Tak berselang lama datanglah segerombolan suster,perawat dan dokter yang well cukup banyak mungkin. Aku meneteskan air mataku untuk kesekian kalinya tanpa sadar. Aku akan membantu mereka mengangkat tubuh Niall untuk kembali ke ranjangnya, namun salah satu perawat laki-laki mengambil jatahku. Jadi aku hanya bisa memandanginya dengan cemas. Dokter memeriksa Niall sedangkan aku menunggu mereka semua di ruang tunggu depan rawat inap kamar Niall. Tak lupa aku juga menghubungi the boys dan mereka segera dalam perjalanan kesini.

Unpredictable (Niall Horan)Where stories live. Discover now