34 [Andil Tuhan]

58 25 9
                                    

Setelah Brozentro yang vakum, eh... malah Abang yang giliran vakum, wkwkwk....

Tapi setelah satu minggu overthinking, akhirnya Abang datang lagi buat lanjutin kisah RAFALEON ini.

Happy reading buat klean smwahhh!!!

SEMINGGU lebih Nada sangat gelisah menjalani kehidupannya, sebab telah mengetahui kematiannya Irfan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SEMINGGU lebih Nada sangat gelisah menjalani kehidupannya, sebab telah mengetahui kematiannya Irfan. Sehingga membuat ia semakin merasa bersalah.

Sepulang sekolah, Nada tak mengganti seragamnya dan malah duduk di kursi meja belajar. Pandangan netra cokelatnya kosong ke arah buku yang dibolak-balikkannya.

"Datang sebagai pahlawan, lalu pulang menjadi kenangan," monolog Nada.

Nada menggasak tumpukan buku yang ada di meja belajarnya untuk mengambil secarik surat terakhir milik Irfan. Ia membacanya dan entah untuk yang kesekian kali, saking seringnya.

Tok, tok, tok.

Nada tertegun dan refleks mengembalikan surat itu di tempat semula. "Iya, masuk aja."

"Mama?" Nada terkejut saat El memasuki kamarnya. Namun ia lebih terkejut lagi saat mendapati wanita cantik dengan gaya rambut blunt bob berdiri di samping Mamanya.

"Tante Mifta?"

"Hai, Nada," sapa Mifta. "Iya, ini Tante Mifta, Mamanya Leon, kakak kelasmu di sekolah."

Nada tersenyum jengah, lalu berdiri. "Em... Tante Mifta ada keperluan apa ke kamar aku?" tanyanya hati-hati.

Mifta dan Elzalea saling pandang. "Oh, iya, Sayang. Mama ke bawah dulu, ya, masih ada urusan sama Bi Lasmi."

"Tapi, Ma...."

"Kamu ngobrol dulu sama Tante Mifta. Curahkan saja semua isi hati kamu sama dia, oke?" suruh El. Kemudian meninggalkan Anak bungsunya bersama Mifta.

Nada dan Mifta duduk di atas kasur. "Tante datang ke sini, karena disuruh sama Leon. Leon suruh Tante untuk dengerin apa aja yang mau kamu ceritakan setelah... mungkin merasa trauma sama peristiwa kemarin," ucap Mifta sangat hati-hati.

Nada cengo sejenak, lalu kembali sadar. "Nggak, kok, Tante. Aku udah baik-baik aja, kok."

"Serius sudah nggak papa?"

Nada mengangguk mantap. "Lagian daripada kasihan sama diri sendiri, kayaknya lebih kasihan lagi, kalo aku buang waktu untuk trauma dan merutuki diri."

Mifta mengelus bahu Nada dan berkata. "Kamu dan mama El memang nggak ada bedanya. Selalu tegar menjalani hidup dan nggak pernah mau terlihat terpuruk di depan orang."

"Emang aku terlihat tegar, ya, Tan? Padahal orang yang nyelamatin aku malah meninggal gara-gara aku."

"Kamu nggak salah, Nada. Meninggal adalah salah satu bagian dari manusia. Lahir, hidup, lalu meninggal adalah tiga tahap menjadi manusia."

RAFALEONWhere stories live. Discover now