02 [Konsekuensi]

400 247 49
                                    

PINTU kantin yang berbahan kaca transparan terbuka lebar dan berhasil menampakkan empat sosok lelaki tampan SMA Cakrawala. Riuh kantin yang sebelumnya berasal dari siswa yang sedang memesan makanan, kini telah teralihkan oleh pesona mereka berempat. Terlebih lagi pesona lelaki yang berjalan memimpin paling depan dengan langkah kakinya yang begitu tegap.

"Robin ke mana, Lan?" tanya Dillo menoleh ke Alan yang berada di samping kirinya. 

"Biasalah, kalo gak lagi tebar pesona, palingan juga lagi boker, tuh bocah."

"Kak Leon! Kak Leon!! Siniiii! Iya, sini!! Kak Leon, tadi digibahin sama mereka berdua!" teriak Lana yang berhasil menggelegarkan seisi kantin.

Sang empu pemilik nama tak merespons dengan ekspresi atau sahutan apapun. Namun tanpa diduga, Leon bersama Dillo, Aldo, dan Alan justru melangkah menuju Nada dan ketiga sahabatnya. 

"Eh, Nad, dia beneran ke sini! Eh, bukan dia aja, tapi mereka semua!!" seru Rachel menepuk-nepuk tangan Nada.

Nada merasa posisinya sekarang sedang tidak baik-baik saja. Ia menelan ludahnya dengan paksa dan berusaha menyembunyikan rasa cemasnya dengan sedikit menunduk.

"Woi!" sapa seorang lelaki seraya menepuk bahu kanan Nada.

Sepertinya Nada mengenal pemilik suara itu dan tentunya berharap bukan suara Leon. Ia merasakan genggaman tangan yang terkesan tak bersahabat di bahunya.

Nada melihat tipis-tipis jari tangan lelaki itu lewat ekor matanya. Sebenarnya ia tak yakin sepenuhnya. Tetapi setelah berbalik badan, syukurlah, ternyata dia Aldo, sepupunya. 

"Lo berangkat ke sekolah tadi sama siapa?" tanya Aldo ramah, namun tak seramah genggaman tangannya barusan. 

"Huuuh… Sendiri," jawab Nada singkat dan menghela napasnya dengan lega. 

"Gue lupa banget hari ini lo udah jadi anak SMA. Gue kira, lo bakalan tetap aja jadi bocil," ledek Aldo yang dibalas delikan tajam dari netra cokelat milik Nada. "Iya, deh. Nanti pulangnya sama gue, sekalian juga gue mau mampir ke rumah lo," janjinya dengan cengengesan. 

"Do, sini! Gue dikirimin pap, nih, sama cewek montok kemarin. Melonnya gede buanget cuy!!" panggil Alan dengan menunjukkan layar ponselnya ke Aldo. 

"Wah! Seriusan lo, Lan?!" tanya Aldo dengan matanya yang berbinar. "Eh, hehe… Gu-gue ke sana dulu ya, Nad," pamitnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. 

"Gak asik, lo, mah! Giliran dikasih beginian langsung melek mata lo. Coba aja kalo gue suruh nungguin boker, ngilang, kan lo pada!" gerutu Robin yang baru datang dari toilet. 

"Emang siapa juga, sih yang mau nungguin orang boker? Lo kira bau tai lo kayak parfum londrian?" balas Alan dengan frontal. Padahal mereka sedang makan sekarang.

"Jangan sok polos, deh lo, Lan. Ngaku aja, lo, kan pernah jilatin ta-" ucapan Robin terpotong karena melihat tatapan elang dari Leon yang mengarah kepadanya. "Ta,,, ta,,,, Nada mana, Do?" tanya Robin ke Aldo kentara sekali sedang mengalihkan topik pembicaraan. 

For your information, Robin memang takut banget sama tatapannya Leon. Bukan takut saja, bahkan bisa dibilang fobia. Kalau sudah ditatap, dia bisa bisu mendadak. Tetapi, untung saja kali ini bisu mendadaknya tidak kumat. 

"Tuh, belakang lo," jawab Aldo menunjuk Nada dengan kepalanya dan kembali fokus melihat 'melon' di ponselnya Alan. 

"Widih, widih! Ada yang fresh, nih, tapi bukan graduate. Hai, Nada Sayang welcome to SMA Cakrawala," sapa Robin sok asik dengan menaikturunkan kedua alisnya.

RAFALEONWhere stories live. Discover now