09 [Sekak Mat]

294 222 60
                                    

"NADAAA!!!" teriak Lana semringah setelah dibukakan pintu oleh Nada.

"Kalo bertamu ke rumah orang, salamnya pake Assalamualaikum. Bukan teriak kayak Monyet di Monas," ucap Indira mengajari Lana.

"Emang di Monas ada Monyet?" tanya Lana polos.

"Ada, lo Monyetnya!" jawab Indira sembari menarik tangan Rachel lalu masuk ke dalam rumah Nada.

"Dasar lo beringin purba!" umpat Lana kesal. "Eh, Nad, Assalamualaikum," lanjutnya bertoleransi.

"Wa'alaikumussalam," jawab Nada ramah ditambah dengan senyumnya yang begitu manis menawan.

"Aduuhh,,,, lo masih sakit aja bisa senyum manis banget, apalagi sehat, Nad." puji Lana.

"Sakit? Siapa yang sakit?" Tanya Nada bingung dan mengernyit.

***

Nada tak habis pikir, kenapa Lana menganggapnya sedang sakit? Padahal ia tidak sekolah karena merawat Mamanya di rumah sakit. Lagi pula Nada tidak pernah mengirim surat izin sakit ke sekolah. Tetapi bagus juga, sih. Nanti ketika sekolah, Nada tidak perlu ribet-ribet lagi berurusan dengan Bu Irma soal absennya selama tiga hari.

"Kalo bukan sakit, terus kenapa lo enggak sekolah tiga hari berturut-turut?" tanya Lana setelah Nada mengaku sebenarnya ia tidak sedang sakit.

"Kak Aldo juga bilang lo sakit. Makanya kita jengukin lo sekarang," timpal Rachel.

Mendengar pertanyaan dan pernyataan dari kedua sahabatnya, Nada langsung mendelik ke Indira. "Lo enggak bilang, In?"

"Kak Aldo nyuruh gue ngerahasiain dulu," jawab Indira, lalu memakan keripik kentang bertabur nori kesukaannya.

Sekarang 4G tengah mengobrol di atas kasur Nada. Iya, nama geng mereka sekarang adalah 4G, singkatan dari four girls usulan dari Lana. Cewek naif dengan koneksi otaknya yang masih 2G.

Posisi Nada sekarang tengah duduk bersila bersama Rachel dan Lana. Sedangkan Indira lebih memilih menengkurapkan badannya. Jadi bisa dilihat siapa yang paling mageran.

"Iiiihhh..... Parah banget, sih, lo main rahasia-rahasian aja sama sahabat sendiri," gerutu Lana ke Indira. "Lo juga, Nad. Emang kenapa, sih sebenarnya?"

"Bukan gue yang sakit, tapi nyokap gue," jelas Nada semakin membingungkan Lana.

"Ih, gila lo ya. Palingan nyokap lo cuma demam aja, kan? Mengambil kesempitan di dalam kesempatan lo, ya!" cecar Lana sok iya.

"Kebalik, bege!" ucap Rachel mengoreksi.

"Sama aja, lo memanfaatkan nyokap lo ya-"

"Lo bisa diem dulu, enggak?!" gertak Indira sembari memasukan keripik kentang ke mulut Lana. "Kalo ada orang belum selesai ngomong, lo jangan pot-"

"Bipolar. Nyokap gue pengidap Bipolar Disorder," ujar Nada membisukan ketiga sahabatnya.

Indira berhenti mengunyah keripik kentang yang tadi dimakannya. Sedangkan Lana hanya mematung, dengan keripik kentang yang belum dikunyah. Jangan ditanya bagaimana reaksi Rachel. Ia ikut diam dan tenang, namun tak setenang isi pikiran dan benaknya. Karena Rachel tahu, Bipolar Disorder bukan 'demam' seperti yang dibilang Lana barusan.

"Nad!" seru Indira, lalu merubah posisinya menjadi ikut bersila.

"Gue enggak bisa nahan sendirian, In."

"Tapi, kan ada gue, Kak Aldo, Kak Arga, Bi Las-"

"In!" panggil Nada sambil menggeleng. "Gue percaya sama mereka berdua."

RAFALEONWhere stories live. Discover now