13 × 2 - 3

201 32 0
                                    

Stalemate

Generasi milenial tak boleh lemah dan kalah.

•°•°•

"Bahkan anak-anak nggak bersikap sebodoh kalian," ucap Aciel yang berdiri diantara Kayra dan Gracia.

"Gue nggak bodoh," tolak Gracia tak suka. "Saat ini posisi kita menentang, bukan mendukung atau netral. Apapun alasannya jika ingin menang, kita nggak boleh membela yang kita tentang sekali pun itu seratus persen benar."

Aciel tau itu benar, ia juga tau bagaimana tertatanya pemikiran gadis itu tentang Zokusa. Aciel tau cerdiknya gadis itu membaca situasi meski terdesak, tapi dia selalu kalah dalam menerima. Gadis itu sangat keras kepala dan sulit menerima hal-hal yang berbeda dengan keinginannya, benar-benar tiruan Frans. Melihatnya mengalah adalah sebuah keajaiban bagi Aciel.  

Aciel mengedikkan bahu, "Yang gue tau urutan lo nggak setinggi ucapan lo."

"Dan gue juga tau kok kalau lo kalah dari Alleta," balas Gracia.

Aciel menggeleng, "Gue kalah karena usia bukan kecepatan apalagi kemampuan, beda sama lo yang kalah dari semua aspek."

Rahang Gracia mengeras, ucapan Aciel mampu menghunus hati yang hampir mati. 'Kalah dari semua aspek' kata-kata itu terus berputar dalam benaknya. Belajar lebih dari dua belas jam, tapi hanya di posisi kesembilan. Mengorbankan banyak hal bahkan kebahagian, pengakuan sang ayah pun tak ia dapatkan.  Apa dia benar-benar kalah?

"Gue rasa kalau lo nggak bisa ngontrol emosi, lebih baik lo berhenti di sini aja deh Ci." Ucapan Derrent membuat mereka menoleh kaget.

"Siapa lo ngatur-ngatur kehidupan gue?" Gracia kembali sewot.

Derrent berdecak, "Lo mau disebut pengacau? Ini tim, yang kita perlu itu ada dua hal, yaitu kerja sama dan kepercayaan. Tapi, lo sama sekali nggak miliki satu dari dua hal itu."

Gracia meringis, "Emang gue doang yang selalu salah di mata kalian."

"Emang, Harusnya lo sadar kalau Alexa cabut karna sikap lo."

"Cukup!" Anita hadir di tengah keadaan yang semakin panas. "Nggak akan ada titik terang kalau kita terus saling menyalahkan gini." Anita menatap Gracia, "Sekarang tentuin lo mau gimana Ci."

"Gue ikut."

"Nggak kalau cuma buat masalah," ucap Aciel tanpa basa-basi.

"Gue yang jamin kalau Gracia nggak akan buat kesalahan lagi." Yara bangkit dari duduknya.

"Nggak. Gue bisa bertanggung jawab atas hidup gue, nggak harus lo kak," ucap Gracia. Dia melakukan ini untuknya bukan untuk Alexa apalagi mereka.

Gracia tak pernah benar peduli pada siapa pun kecuali hatinya yang hampir mati.

"Ngomongnya doang ikut, sikapnya beda lagi," sindir Edrea terang-terangan.

"Mau lo apa sih?"

Edrea mengedikkan bahu, acuh. "Pikir aja sendiri, pintar kan?"

"Pintar lah, emang kaya teman lo."

Kayra menarik napas, menahan semua hasrat untuk mencabik wajah gadis di sampingnya.

Tahan, Kay.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang