10 + 3 × 4 - 12

308 116 21
                                    

Langkah Selanjutnya•

Ruangan bercat putih yang dipenuhi dengan ranjang susun dua itu menampilkan beberapa orang yang tengah berkemas. Menghempaskan debu yang berani singgah dikoper yang telah lama tidak mereka gunakan. Mengalihkan hunian beberapa pasang pakaian, dari lemari ke dalam koper mereka.

Setiap susunan pakaian itu tertata dengan rapi, seolah siap untuk langkah selanjutnya. Pindah? Tidak. Mereka hanya menjalankan kewajiban, dengan menentang ego sendiri.

Tangan-tangan mereka dengan lihai merapikan segala keperluan. Tiga puluh menit saja, semua selesai. Tidak terlalu cepat, hanya saja terlatih dalam mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik mungkin.

SMA Zokusa, tujuan mereka selanjutnya. Pergi dengan menyertakan segala hasrat akan kemenangan. Bukan tanpa alasan, mempertahankan tidak semudah yang dibayangkan. Tanggung jawab tetaplah tanggung jawab, meski dengan tekanan.

Tim olimpiade, mereka telah siap akan segala hal. Kini pembuktian itu akan dimulai, dengan pemberangkatan mereka dari SMA Zokusa.

"Sebentar!" Pak Nando membuat langkah mereka yang hendak masuk ke dalam bus terhenti. Mereka semua menoleh ke arah Pak Nando.

"Saya tidak melihat Calvin, di mana dia?"

Semua saling melemparkan pandangan dan melihat wajah satu sama lain. Ya, Calvin tidak ada, bisa-bisanya si 'biang kerok tampan' tidak terlihat saat semua sudah siap berangkat.

"Maaf pak, kami akan hubungi dia dulu. Karena, sepuluh menit lalu dia masih terlihat," ucap Aciel yang kemudian mereka bergerak mencari.

Kayra terlalu malas untuk mencari Calvin, ia masuk ke dalam bus tanpa beban. Saat hendak duduk, matanya menangkap objek yang membuat pemberangkatan terhambat. Di kursi terdepan, terlihat dia tengah bersandar mungkin-hampir atau sudah-tertidur.

"Heran deh lihat kak Calvin, udah pintar, tampan, humoris, tapi kelakuannya aneh," celetuk Kayra tanpa sadar. Kayra tersentak kaget dengan ucapannya, ia menggeleng dan mengutuk ucapannya sendiri. Saraf glosofaringnya bekerja dengan cepat, sehingga pujian terhadap Calvin tidak bisa dielakkan.

Tangan Kayra merogoh ponsel yang ada di tasnya, dengan cepat ia memberitahu seluruh anggota OC-olympic class- bahwa Calvin sudah di bus. Tanpa jeda waktu yang berarti, mereka semua sudah berkumpul di bus.

"Duduk sesuai bidang, diskusikan apa yang perlu di diskusikan," ucap Aciel yang kemudian mengambil tempat di samping Kayra. Hanya sepersekian detik Kayra menatap Aciel, setelahnya ia kembali memalingkan pandangannya.

Di sisi lain, Zayn dengan ekspresi datar membangunkan Calvin. Ia duduk tanpa banyak bicara, yang membuat Calvin menyengir tanpa rasa bersalah.

"Mari kita berdoa ... amin," Anita selesai memimpin doa dan bus mulai bergerak jalan.

Keluar dari area Yayasan Zokusa, mereka disambut dengan jembatan pembatas antara area Zokusa dengan area luar. Gedung-gedung yang menjulang tinggi mulai terlihat dan kemudian di gantikan dengan hutan lindung yang masih terlihat dengan jelas keasliannya.

"Kak," panggil Kayra.

Aciel melirik Kayra sekilas. "Ada apa?"

"Yakin akan menang?"

"Kenapa harus ragu," jawab Aciel.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang