4 + 17 - 5 - (3×4)

501 217 132
                                    

Kau tidak akan tau tantangan apa yang akan menantimu. Terus persiapkan. Jangan pernah membuat celah dan jangan lupa untuk selalu berdoa
.
.
DREAM
.
.

•Penyisihan super gila•

Matahari mulai menunjukkan sinarnya, udara segar dan pemandangan yang kian asri mampu menambah semangat beraktivitas hari ini. Ini adalah hari Minggu pertama yang mereka lalui sebagai siswa Zokusa.

Dengan berpakaian rapi, Kayra dan Edrea bergegas menuju SMA Zokusa. What?! Sekolah dihari Minggu? Jawabannya tidak!

Hari ini hanya seluruh anggota kelas olimpiade dan 10 siswa terbaik dari kelas X yang mendapat panggilan untuk ke sekolah. Entah apa yang akan mereka lakukan. Tidak ada yang tau. Tugas mereka hanya datang, dengan komitmen yang kuat untuk mampu menjadi yang terbaik diantara yang terbaik.

Sebelum pukul 08.00 WIB, mereka telah berkumpul di sekolah. 30 orang, dengan 10 orang wajah baru. Seluruh kelas X menatap kagum 20 anggota kelas Olimpiade. Mereka sangat kompak. Siapa yang tidak iri dengan mereka? Pintar, terpandang, disukai dan diakui di SMA Zokusa.

"Hai kalian! Kesini!" Panggil salah satu seorang anggota kelas Olimpiade.

Panggilan itu membuat semua kelas X bingung dan saling pandang satu sama lain. Bagaimana tidak, keadaan mereka terpencar. Siapa yang dipanggilnya?

Melihat tidak ada respon apa pun, Calvin menarik napasnya dalam-dalam. Bingung bagaimana caranya mejelaskan, "Ternyata mereka sama kalian nggak ada bedanya. Nggak pernah gitu ngerti sama omongan gue,"

"Kamu aja kali yang nggak sefrekuensi dengan kami," timpal Anita.

"Kalau ngomong sama kak Anita, gue nggak enak banget. Masa dia bahasa formal, gue bahasa non formal," ucap Calvin.

"Ingat, lagi di sekolah. Gunain bahasa formal." Aciel kemudian pergi ke arah kelas X.

"Lah, kak El main pergi aja," kesal Calvin.

"Kalau kamu kebanyakan protes, jangan salahkan tanganku yang akan melayang, ya," Anita tersenyum, yang mungkin untuk keadaan seperti ini senyum sinis yang mematikan.

"Ya ampun, kak Anita jangan galak-galak deh, ntar kakak nggak dapat pacar lagi."

Anita hanya menatap dingin ke arah Calvin. Kalau tidak di sekolah, mungkin Calvin akan terkena satu pukulan hebat.

Calvin yang mendapat tatapan hanya menyengir kikuk. Nyalinya ciut jika menghadapi Anita.

"Ngomong-ngomong, Aciel ada keperluan ada sampai ke kelas sepuluh?" tanya Yara penasaran.

"Kak Yara, jangan ditanyain," Calvin menunjuk ke arah Anita dengan gerakan ekor matanya.

"Calvin!" panggil Anita dengan senyum yang lebar.

"Eh, ampun kak Anita," Calvin membentuk tanda peace di jarinya.

Seluruh anggota kelas Olimpiade menertawai kegilaan Calvin yang tidak pernah jera menggangu Anita.

"Kalau aku jadi kamu kak, si Calvin uda aku racuni, apalagi kakak jago bagian farmasi," Fathur sengaja menakuti Calvin, karena ia memang tau mapel Olimpiade yang dikuasai Anita, yaitu kimia.

"Wah ide bagus tu, kira-kira cocok pakai botulinum, ricin atau sianida ya? Kamu pilih yang mana Vin?" Anita bertanya pada Calvin dengan menaik turunkan alisnya.

Calvin bergidik ngeri melihat ekspresi Anita, seolah psycopath berdarah dingin yang terobsesi membunuhnya.

"Sianida aja kak, biar ada aroma almond nya," timpal Fathur.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang