7/15 : 1/15

394 174 77
                                    

Orang yang lemah akan terus mengingat suatu kesalahan dan tak mau memaafkan. Sementara orang yang kuat adalah orang yang mampu memberi maaf untuk suatu kesalahan.
.
.
DREAM
.
.

Permintaan maaf•

Kebiasaan pagi Asrama Eklesia adalah melakukan kerja pos, yaitu kerja berkelompok berdasarkan meja yang ditempati sewaktu jadwal makan bersama. Bukan hanya itu, mereka juga di jadwal untuk membersihkan kamar tidur mereka, sebab tidak ada asisten apalagi pelayan yang akan melayani mereka. Asrama akan melatih mereka lebih mandiri.

Suasana pagi itu masih sangat sejuk, mereka bergerak menuju posnya masing-masing. Dari lapangan bawah dapat dilihat siapa-siapa saja yang sedang menjemur pakaian mereka. Berharap matahari siang nanti akan datang dan membuat pakaian mereka kering.

"Dre gue berangkat luan, gue udah izin ke pengawas." Kayra memberikan sapu yang ada di genggamannya kepada Edrea.

"Lo nggak sarapan?"

"Nggak. Gue bawa bekal kok, tenang aja gue cuma mau tidur bentar di kelas, ngantuk banget. Bye!" Kayra pergi begitu saja setelah melambaikan tangannya.

Bisa-bisanya berangkat cepat cuma mau tidur doang. Batin Edrea.

Setelah berpamitan pada pengawas asrama Kayra melangkahkan kakinya untuk meninggalkan asrama. Kayra terus melangkah hingga ia sampai di gerbang SMA Zokusa. Matanya dengan jelas melihat suasana sekolah yang masih sangat sepi, sesuai dengan ekspektasinya. Di sekolah ia hanya melihat beberapa orang petugas kebersihan.

"Pagi pak."

"Selamat pagi," jawab satpam sekolah.

Kayra tersenyum dan mempercepat langkahnya hingga sampai di depan ruangannya.

"Akhirnya sampai juga," ucap Kayra pelan. Ia masuk begitu saja tanpa memperhatikan orang yang duduk di sana. Didaratkannya bokongnya, setelah itu ia membuka modul matematika yang dibawanya.

Zayn melirik Kayra melalui ekor matanya, ia langsung bergerak dan berakhir duduk di depan tempat duduk Kayra. Netranya dengan jelas dapat melihat Kayra yang sedang membahas soal-soal yang ada pada modul tersebut. Tidur hanya digunakan sebagai alasannya pada Edrea.

"Ada yang perlu kita bicarakan," ucap Zayn.

Kayra sama sekali tidak menoleh ke arah Zayn.

"Kay, gue tau lo cuma pura-pura fokus. Gue mau ngomong, bentar,"

Kayra berdecak kesal, dengan cepat ia menutup modulnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Zayn tanpa membuka mulutnya. Seolah Zayn adalah sebuah figuran tak berati.

Zayn tidak berhenti begitu saja, ia menyusul setiap langkah Kayra hingga ke lantai tiga. Tanpa mereka sadari sepasang bola mata memperhatikan setiap gerak-gerik mereka yang terlihat aneh. Orang itu berjalan lambat di belakang mereka.

"Jangan ikuti gue, nggak ada yang perlu dibicarakan," decak Kayra.

Zayn diam.

Napas Kayra berembus kasar. Matanya menatap Zayn dengan tatapan tidak suka."Kurang puas lo merendahkan gue? Nggak cukup juga?" hardik Kayra.

"Jangan ambil kesimpulan sebelum gue menjelaskan, itu akan jadi kebiasaan buruk lo nantinya."

"Gue memang buruk. Puas? Jadi, jangan ikuti gue!"

"Keras kepala lo kebangetan Kay, gue cuma mau minta ma-"

"Minta maaf? Gue maafkan," Kayra memotong begitu saja ucapan Zayn dengan datar. "Udah kan? Semua selesai, gue mau turun."

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang