11 × (5-2) - 22

318 107 31
                                    

Sebelum lanjut mungkin kalian berpikir kenapa ada bahasa -aku,kamu- dan -lo,gue- sedikit menjelaskan, tokoh akan berbicara bahasa formal kalau masih dalam lingkup suasana edukasi mereka.

Gimana? Aduh ngawur ya? Semoga enggak, hehe.

Lanjuttt.

•°•°•

Realita di balik misteri yang sulit terpecahkan serta tanda tanya dari sebuah sikap adalah hal paling membingungkan
.
.
DREAM
.
.


•Asing•

Bagaimana 14 tahun belakangan? Apa kamu bahagia?

Miris, bahkan kamu tidak mengenali saya.

Percayalah, kamu bukan bagian dari sesuatu yang kamu anggap paling berharga. Jangan terbang terlalu tinggi dan jangan berharap lebih.

Percakapan ditelpon pada hari MOS ke dua itu kembali merusak pikiran Kayra. Orang yang menelpon nya terdengar sangat serius dan mengetahui banyak tentang dirinya.

Kayra berguling kesana kemari memikirkan arti dari pernyataan itu. Keluarga atau pendidikannya? Sering sekali dua kemungkinan itu membuat fokusnya terganggu. Jika ia bukan anak kandung Bundanya, mengapa ia selalu diberikan pendidikan terbaik dan dibimbing dengan sangat ketat? Tidak mungkin Bundanya membuang uang hanya untuk anak angkat, kan?

Jangan terbang terlalu tinggi dan berharap lebih. Perkataan yang membuat Kayra berpikir ulang, PENDIDIKANNYA. Tapi, ia hanya berjuang untuk menjadi nomor 1 di SMA Zokusa dan ia juga bagian resmi dari SMA Zokusa. Tidak ada yang salah untuk itu. Pernyataan itu terlalu rumit!

"Apa sih maksudnya?!" pekik Kayra yang langsung duduk dan melemparkan gulingnya ke arah pintu.

"Astaga, lo gila Kay?" kaget Edrea yang hampir terkena guling milik Kayra.

"Lo yang gila," balas Kayra cepat.

Edrea memperhatikan kasur yang kini super duper berantakan, "Lo ngapai sampai tu kasur berantakan parah?"

Kayra ikut memperhatikan keadaan kasurnya, ia sendiri tidak sadar kasur telah berubah menjadi kapal pecah. "Nggak tau," elak Kayra.

"Udah sana lo pergi aja," usir Kayra dengan mengibaskan tangannya.

"Gue juga nggak mau lama-lama di sini," jawab Edrea.

"Guling gue bawa sini," titah  Kayra.

"Dasar labil, segala yang di tangan gue jadi milik gue," ucap Edrea kemudian pergi membawa guling tersebut keluar kamar.

"Edrea guling gue!" panggil Kayra dari kamar.

"Sekarang jadi punya gue," jawab Edrea dengan nada jahil.

"Dasar maling guling."

"Labil,"

"Terserah. Cepat kembaliin guling gue,"

Merasa Edrea tidak menanggapi, Kayra bergegas turun dari kasurnya. Ia sedikit berlari dan tidak sengaja hampir menabrak seseorang yang kini menatapnya datar di depan pintu.

"Ngapai lo?" tanya Kayra tak santai.

"Belajar untuk nggak selalu nyusahi orang lain,"

Kayra merasa tersindir, ia menatap tak suka Zayn dengan wajah menantang, "Oh iya gue lupa, yang terhormat Zayn, orang yang selalu benar dan tidak pernah menyusahkan orang lain, mau lo apa?"

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang