x²-4x+4

663 248 177
                                    

Cara kamu mengasihi dan menghargai orang lain adalah bentuk jati dirimu dalam mencintai karunia Tuhan yang sebenarnya.
.
.
DREAM
.
.

•Luka•

Kok kaya ada yang merhatiin gue ya. Batin Kayra, dan melihat-lihat sekelilingnya.

"Kay!" panggil Edrea, namun tidak ada tanggapan dari Kayra.

"Kay!" sama saja, Kayra masih larut dalam tanda tanya yang ada dalam dirinya sendiri.

"Kayra," bisik Edrea sambil mencolek bagian tulang rusuk Kayra.

"Eh ayam golek," teriak Kayra langsung lompat kegelian.

Hal itu membuat satu kelompok mereka tertawa tanpa terkecuali. Lucu sekali, Kayra yang terlihat dingin dan tegas bisa sangat konyol saat digelitik. Hal itu tidak berlangsung lama, mereka semua mendadak berhenti saat Kayra menatap tajam mereka semua.

"Lo pada ngira ini lucu?!"

"Lucu disaat kalian mempermalukan orang lain?"

Mereka diam.

"Hahaha lucu, ketawa! Ketawin gue, gue emang pantas diketawain, kan?" Kayra tak bisa menahan dirinya, dia benci marah di depan umum. Tapi, kali ini perasaannya sangat sensitif. Tatapan terakhir dijatuhkan pada Edrea. "Makasih." Kayra pergi dengan tenang meninggal kelompoknya.

"Emosinya masih belum terkendali," batin Zayn.

"Kalian latihan sendiri dulu ya, gue mau ngomong sama dia. Kalau kak El nanya, bilang aja ke toilet." Edrea sedikit tersenyum kemudian lari menyusul Kayra.

Melihat Kayra dengan napas memburu, perasaan bersalah tiba-tiba menyelimuti nya. Beberapa meter dari Kayra, Edrea berhenti, diam membisu. Hal besar bermula dari hal kecil. Kayra tak mungkin menangis karena itu, tapi itu benar terjadi.

"Kay, maafin gue," tutur Edrea lalu mendekati Kayra. Namun, Kayra pergi begitu saja tanpa melihat dan menjawab Edrea.

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Edrea. Semua membabi buta ingin keluar. Tapi, ini bukan waktu yang tepat. Ada sesuatu pada Kayra yang tidak diketahuinya tujuh tahun ini. Sesuatu yang berhasil membentuk sosok Kayra yang baru, dingin, pedas, dan kurang menyukai keramaian.

Dengan perasaan was-was Edrea tetap mengikuti Kayra. Sampai ia berhenti dan duduk di sebelah Kayra yang sedang menangis. Kayra menangis?

"Kay, makasih ya, karena nggak meledak dilapangan," ucap Edrea hati-hati. Namun, tak ada jawaban sama sekali.

"Kay maafin gue, " pinta Edrea. "Kalau memang lo butuh waktu sendiri, gue bakal pergi," Edrea menahan napas, berusaha tenang walau nyatanya tidak begitu.

"Gue nggak apa-apa," sahut Kayra dengan senyum, sambil menghapus air matanya. Lengkungan senyum yang terukir oleh bibirnya begitu manis.

"Kay gu-"

"Udah lupain acara bentar lagi mulai," potong Kayra, lantas pergi begitu saja meninggalkan Edrea yang diam membisu di tempatnya. "Kalau lo enggak jalan juga, gue hukum lo di lapangan!" ancam Kayra, kemudian pergi.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang