12π × 7 : 22

302 82 34
                                    

Sepenggal Kisah•

Kayra hendak mencari tau profil singkat tentang SMA Zokusa melalui internet. Ia terus membaca semua informasi yang selalu membanggakan sekolah itu sampai suatu pesan masuk dan membuat mood-nya berubah. TEKANAN lagi!

Kayra mendengus pasrah. Ia beranjak menuju dapur, berusaha melupakan isi pesan itu. Selangkah keluar dari kamar, sepasang matanya mendapati punggung seorang laki-laki dengan tangan terkepal.

Laki-laki itu berbalik. Matanya bertemu dengan mata milik Kayra. Diam terpaku dan pikiran mereka beradu dalam ilusi.

"Lo dengar semua?"

Kayra mengangguk.

"Untuk saat ini lo bisa tutup mulut,"

Kayra menaikkan satu alisnya, "Maksud lo?"

"Belum ada kesimpulan yang jelas tentang percakapan itu, semua masih terlalu abu-abu. Jadi, Lo nggak perlu kasih tau siapa pun."

"Kasih satu alasan kenapa gue harus tutup mulut."

"Lo nggak berhak."

Nada datar itu sangat mengusik.

Kay menggeleng. "Gue nggak ngerti cara berpikir lo. Kalau nilai dimanipulasi, bakal banyak masa depan yang dipersulit. So, lo bakal santai dan diam aja lihat itu semua terjadi?"

"Cara berpikir lo terlalu dangkal. Saat lo ngasih tau hal ini, konsentrasi mereka bakal buyar. Kalau mereka gagal di olimpiade lusa, mereka otomatis diusir dari OC. Lo sendiri yang bakal menghancurkan mereka,"

Kayra diam, mempertimbangkan ucapan Zayn.

"Jangan ceroboh, Pak Nando nggak bakal biarin itu terjadi. Lo sendiri dengar seberapa keras dia menentang," sambung Zayn.

"Jadi, apa yang harus gue lakuin?" tanya Kayra.

"Jalani hidup seperti biasa, tanpa mengusik apa yang lo dengar tadi."

"Sulit."

"Kebanyakan ngeluh, gimana lo bisa maju." Itu pernyataan bukan pertanyaan.

Kayra mengerucutkan bibirnya. Tak menanggapi omongan manusia di depannya, yang tak pernah manis sekali pun.

Manipulasi, nilai, Kelas Olimpiade, dan anak dalam percakapan itu masih menguasai pikiran Kayra. Rasa penasaran terus menghantuinya. Menolak untuk berhenti mencari tau tentang anak itu.

"Menurut lo siapa anak itu?" Kayra membuka suara.

Zayn mengangkat bahunya tak acuh. "Yang pasti dia nggak lebih pintar dari gue."

Sombong. batin Kayra.

"Mundur,"

Zayn diam menanti kelanjutan ucapan Kayra.

"Sombong lo kelewatan," terdengar nada ledekan disana.

"Dia nggak bakal kalah kalau lebih pintar dari gue,"

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang