BAB 16 : Rencana Pertemuan

260 57 3
                                    

"Starlight Caffe, jam delapan malem, mereka minta kita buat datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Starlight Caffe, jam delapan malem, mereka minta kita buat datang."

Pagi-pagi sekali, Bunda sudah membahas topik sensitif ini saat ketiganya sedang sarapan. Icha menatap Bunda nya yang hanya mengaduk sup tanpa berniat memakannya.

"Bunda, kita selesaiin makan dulu aja, ya. Habis itu kita bahas ini." Icha tersenyum, mencoba mengajak Bunda agar tak terlalu memikirkan hal ini. Karena jujur saja, Icha takut tensi Bunda nya naik lagi karena terlalu memikirkan hal yang berat.

"Bunda ga bisa tenang, Cha. Se berusaha bagaimana pun tetap saja masalah itu berputar di kepala Bunda."

Icha dan Rizky saling tatap satu salam lain, mereka juga bingung harus bagaimana agar Bunda bisa merasa tenang.

"Selain mikirin masalah itu, Bunda juga harus mikirin kesehatan Bunda." Rizky berpindah duduk di samping Bunda. Meraih mangkuk milik wanita tersebut. "Mau aku suapin?"

Bunda tersenyum hangat, membuka mulutnya saat Rizky memberinya satu suapan.

"Makan yang teratur, Bunda. Kita ga mau Bunda sakit."

Suapan kedua, Bunda mengangguk seraya menghapus air mata yang tiba-tiba menetes. Ia hampir lupa jika ada dua orang yang sangat sayang dan khawatir padanya, tak seharusnya ia melakukan itu. Mereka harus semangat bersama dan percaya jika semuanya akan baik-baik saja.

"Oh iya, gimana acara jalan-jalan kalian tadi malam?"

"Seru, Bunda. Tapi lebih seru pas habis pulangnya." Rizky melirik Icha yang sudah terbatuk-batuk mendengar ucapannya. Dengan jahil, Rizky menaik-turun kan alisnya menggoda Icha yang sudah merona hebat di sebrang meja.

"Emangnya kenapa?"

"E-emm, ga ada, Bunda," jawab Icha yang lebih dulu menaruh piring kosong miliknya dan Rizky ke wastafel untuk di cuci.

"Dia lagi malu, Bunda."

"Ih, engga!"

Rizky tertawa setelah memberi satu suapan lagi pada Bunda yang sedari tadi tampak kebingungan.

"Bunda ga ngerti kalian bahas apa."

"Lupain aja, Bunda. Siluman Kucing itu cuma nambah pikiran Bunda. Huh!"

"Bilang aja kamu ga mau Bunda tau kalo kamu udah suka sama aku."

Icha berbalik, menatap nyalang ke arah Rizky seraya menunjuk wajah pemuda itu. "Lo di diemin malah ngelunjak, ya."

"Tapi emang iya, kan? Kalo kamu suka sama aku, karena aku juga suka sama kamu."

Ingin rasanya Icha melempar piring yang sedang ia cuci itu ke kepala manusia kucing yang mulai menjengkelkan itu. Apalagi kini Bunda tertawa meledek ke arahnya.

"Liat, Rizky aja udah jujur."

"Ihh! Bunda juga kenapa, sih. Sama aja kayak Kucing itu!" Icha mengembungkan pipinya, berbalik dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Meskipun terdengar lebih berisik karena Icha mencuci piring dengan tidak hati-hati. Wajar saja, lah. Dia kan sedang kesal.

[✔] Kumis Kucing Where stories live. Discover now