BAB 2 : Bukti Mitos

611 94 9
                                    

Jangan lupa Vote dan komennya
Makasih!

Jangan lupa Vote dan komennyaMakasih!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Bunda, Icha pulang!"

Gadis itu memasuki rumah besar miliknya dengan tidak hati-hati, Icha bahkan menutup pintu tanpa hati-hati.

Suasana hati yang kacau membuatnya berlaku kasar. Ya, sering kali seperti itu.

"Kenapa? Kok kayak kesel gitu?" Bunda mencubit pipi Icha karena gemas, dan sukses hal itu membuat empunya semakin cemberut.

"Gimana Icha ga kesel, tadi Pak Satpam nuduh Icha bawa kucing ke sekolah. Padahal kan Icha ga punya kucing."

"Terus, kucing siapa yang kamu bawa?"

Icha menggeleng. "Ga tau, Bunda. Udah, ah, kesel. Tuh! kucingnya ada di luar. Bunda marahin, gih, dia bikin satu sekolah rame-rame mainin dia tau." Masih dengan perasaan kesal, Icha berjalan menaiki tangga kecil menuju kamarnya. Mengabaikan sang Bunda yang hanya tersenyum menanggapi tingkah putri kesayangannya.

Karena penasaran, Bunda pun keluar untuk melihat si kucing yang sudah menurunkan mood putrinya itu. Dan ketemu! Kucing oren tersebut sedang bermain dengan rumput di halaman rumah mereka.

"Astaga, gemes banget." Bunda yang pada dasarnya memang penyuka binatang, terlebih pada hewan berbulu dan berkumis itu, dengan cepat berlari dan membawa si kucing pada gendongannya.

"Dasar kucing nakal, kamu bikin Icha di tuduh sama Pak satpam, lho."

Meow~

Bukannya takut, kucing tersebut justru menggesekkan kepalanya ke leher Bunda. Jangan lupakan tatapan mata bulatnya yang mampu membuat siapa saja luluh.

"Mau tinggal di rumah kita?"

Meow~

"Hahaha, oke-oke sekarang rumah ini rumah kamu juga."

Bunda melepaskan kucing itu, membiarkannya masuk dan berkeliaran di dalam rumah mereka. Sepertinya itu kucing liar, tapi kenapa tampak bersih sekali. Biasanya kucing liar akan terlihat kotor.

Meow~

"Kucing itu lagi?"

Icha terdiam, memperhatikan kucing yang masuk begitu saja ke kamarnya tanpa permisi. Bagaimana bisa kucing itu masih disini? Bukankah tadi ia menyuruh bundanya untuk membawa kucing itu pergi.

"Heh, Kucing!" Icha belari mendekati kucing tersebut. "Mau kemana Lo!" Dengan segera, Icha menghalangi jalan si kucing yang akan naik ke atas kasurnya. "Kaki lo kotor, banyak bakteri juga. Mana masuk ga permisi. Cuci kaki belum tadi?"

Tak ada jawaban kecuali suara mengeong khas kucing. Keduanya sempat saling tatap sebelum sebuah kekehan terdengar dari ambang pintu.

"Kamu bicara sama kucing? Hahaha, lucunya anak bunda."

[✔] Kumis Kucing Where stories live. Discover now