BAB 12 : Jalan-jalan

300 62 1
                                    

Sepulang sekolah, Icha dengan hati-hati masuk kedalam rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepulang sekolah, Icha dengan hati-hati masuk kedalam rumah. Memastikan jika kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi. Ia sudah cukup lelah menasehati Rizky hingga di rasa mulutnya sampai berbusa.

Namun, nafas lega di hembuskan setelahnya saat melihat Rizky duduk di sofa seraya menonton televisi.

Rumahnya aman kali ini.

"Gue pulang!"

Rizky dengan cepat menepuk-nepuk sofa agar Icha segera duduk di sampingnya. "Cape?"

"Lumayan."

Rizky beranjak, membuat Icha sempat kebingungan karena pemuda itu tiba-tiba pergi ke dapur. Tak lama, Rizky datang membawakan segelas air minum untuk Icha.

"Minum dulu."

Icha tersenyum lalu menerima gelas tersebut. "Makasih."

Selama Icha minum, Rizky tak kunjung melepaskan tatapan nya dari gadis cantik tersebut membuat empunya juga menatap heran.

"Apa, sih, liatin terus?"

"Kamu cantik."

Icha terbatuk mendengarnya, Rizky yang melihat itu dengan cepat mengelus punggung Icha.

"Minumnya hati-hati."

"Lo yang harusnya hati-hati kalo ngomong, bikin orang jantungan aja."

"Hehe, maaf."

Icha tersenyum lembut lalu mengelus kepala Rizky lumayan lama. Rasanya menyenangkan melakukan itu, apalagi rambut pemuda di depannya ini sangatlah lembut. Bahkan rambut miliknya yang sering memakai vitamin saja kalah lembut dari rambut Rizky. Jika di rasa lagi, lembut rambut Rizky sama seperti bulu kucing.

Ada beberapa point yang membuat Icha sadar jika pemuda di depannya ini adalah manusia kucing. Yang pertama, telinga kucing yang terlihat begitu jelas. Kedua, mata berwarna coklat yang terlihat seperti memakai soflens,dan jangan lupakan tatapannya yang begitu tajam. Ketiga, gigi taring kecil di kedua sisi yang akan tampak jelas jika pemuda itu tertawa lebar. Ke empat, rambut berwarna Orange Light yang menambah keindahan rupa si pemuda ini.

Terlalu jelas menunjukan bahwa makhluk ini memanglah kucing.

"Hm,Bunda pulang sore, kan? Gimana kalau kita jalan-jalan?" tawar Icha seraya mengikat rambutnya yang semula terurai.

Sepertinya tak ada salahnya mengajak Rizky keluar rumah, karena tidak mungkin juga ia terus seolah mengurung Rizky di rumah ini. Juga dirinya sudah sangat lama tak jalan-jalan mengelilingi ibu kota.

Rizky sempat menimang, apakah aman jika mereka berdua jalan-jalan?

"Pake topi gue, double aja sama hoodie ... bentar!" Icha berlari menaiki anak tangga untuk membawa hoodie,dan topi miliknya, sekalian dirinya berganti baju.

Rizky tersenyum melihat betapa gemasnya gadis itu, sepertinya Icha memang sangat ingin jalan-jalan. Terlihat dari bagaimana wajah itu berseri dan semangat. Tak lama, gadis itu turun lalu menyuruh Rizky memakai hoodie dan setelahnya memasangkan topi. Awalnya Rizky merasa tak nyaman karena telinganya di tekan sangat kuat oleh topi ini.

"Aaa telinga aku!"

"Hahaha! Tahan aja, gapapa. Tudung hoodienya juga pake aja."

"Nah,gitu ... Ayo!"

"Eh, bentar!" Rizky menahan tangan Icha yang sudah menariknya. "Emang Bunda izinin aku ke luar rumah?"

"Gue bakal jagain lo, kok, ga akan ada yang tau kalau lo manusia kucing. Tenang aja."

Rizky akhirnya hanya bisa tersenyum pasrah, semoga saja dirinya memang aman keluar dari rumah ini. Seperti yang di katakan Icha, ia harus tenang karena ada gadis itu yang menjaganya.

Keduanya naik motor seraya bercanda, tertawa bersama membicarakan hal random. Di sepanjang jalan, Rizky tak kunjung melepaskan pelukannya dari Icha yang membonceng nya. Meski banyak yang memperhatikan keduanya, itu tak membuat Rizky maupun Icha merasakan risih. Mereka tetap asik mengobrol seraya Icha menjelaskan dan memperkenalkan setiap tempat yang mereka lewati.

Sore itu keduanya benar-benar mengelilingi kota, membeli jajan di pedagang kaki lima, dan tak lupa membeli topi untuk Rizky. Tempat terakhir yang mereka datangi adalah rumah tua dekat gang kecil sebelah toko kue. Rumah kecil itu adalah tempat biasa Rizky dan teman-teman kucingnya berteduh, atau bahkan sudah menjadi rumah bagi mereka.

Keduanya turun dari motor, berjalan menghampiri rumah itu. Tak lama, tiga ekor kucing berlari ke arah Rizky dan langsung melompat ke pelukannya. Icha yang terkejut sempat mundur beberapa langkah.

"Kalian kangen aku?"

Meow~ meow~

Rizky tertawa, berjongkok untuk mengelus kepala ketiga kucing yang notabene teman-teman nya sebelum ia berubah menjadi manusia.

"Mereka temen-temen lo?" tanya Icha yang ikut berjongkok di dekat kucing-kucing tersebut.

"Iya, mereka temen-temen aku. Mau kenalan?"

"Gimana cara kenalannya?"

Rizky memberikan satu kucing agar Icha gendong. Kucing berwarna coklat itu mengeong lalu menggesekkan kepalanya ke leher Icha. Bukan hanya satu, Rizky memberikan ketiga kucing itu untuk Icha gendong.

"Astaga, berat banget."

"Gapapa, katanya mau kenalan."

Icha tertawa merasa geli saat pipinya di endus oleh kucing-kucing itu. Menggemaskan sekali.

"Udah-udah, jangan lama-lama, mereka kotor. Nanti kamu sakit." Rizky menurunkan kucing itu satu persatu dari gendongan Icha. Mengelus nya pelan sebelum memberi makanan yang baru saja mereka beli kepada ketiga kucing tersebut.

Awalnya, Icha kira Rizky membeli makanan kucing untuk dia makan. Ternyata untuk di berikan ke teman-teman kucingnya.

"Hmm, Cha?"

"Apa?"

"Boleh ga aku bawa teman-teman aku ke rumah?" Dengan jurus andalan manja yang di miliki Rizky, pemuda itu menyatukan kedua tangan seraya menunjukan wajah memelas nya. "Boleh, ya? Yaaa~"

Icha jadi ngeri sendiri melihat Rizky seperti itu. Tapi mau bagaimana, tidak mungkin mereka membawa kucing sebanyak itu ke rumah. Bisa-bisa Bunda marah nanti.

"Lo pengen Bunda marah?"

Satu kalimat yang sukses membuat bibir Rizky tertekuk ke bawah. "Yaahh, ya udah, deh. Gapapa ... baik-baik disini ya, teman-teman. Aku pergi dulu, hiks."

Icha ingin tertawa rasanya tapi mereka sedang berada di momen yang sedih. Melihat Rizky yang berbicara demikian membuatnya gemas.

Keduanya sudah naik ke motor, Rizky yang masih sedih hanya bisa melambai mengucapkan perpisahan pada temannya. Bukan hanya Rizky, tampaknya kucing-kucing itu juga tengah bersedih; terlihat dari sikapnya yang berbeda dari beberapa menit yang lalu.

"Dadahh!"

*

Bersambung...

[✔] Kumis Kucing Where stories live. Discover now