BAB 8 : Mulai Nyaman

384 81 4
                                    

Rizky menunduk sedih, berdiri di pojok ruangan memperhatikan Icha yang sedari tadi mendiamkan dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rizky menunduk sedih, berdiri di pojok ruangan memperhatikan Icha yang sedari tadi mendiamkan dirinya.

"Maaf."

"Ngadep ke tembok!"

Rizky segera berbalik, menghadap tembok sebagai hukuman yang di berikan oleh Icha.

"Maafin aku!"

Tak ada jawaban, Icha masih serius membereskan kursi dan meja sebelum Bunda pulang. Sengaja ia mengabaikan Rizky agar pemuda itu merasa jera dan tak mengulangi kejadian seperti tadi.

"Icha, maaf. Aku ga akan makan tikus lagi, kok, itu tadi yang terakhir. Besok aku ga akan ke ruang belakang lagi. Kalau kamu sekolah, aku bakal diem di kamar aja sambil tidur nungguin kamu. Aku janji, kamu jangan marah, dong."

Icha tak menggubris, ia mulai mengepel lantai yang penuh darah kering tersebut. Sampai dirinya selesai pun, Rizky masih meminta maaf padanya.

"Jangan kemana-mana sampai Bunda pulang, tetep berdiri kayak gitu!"

Rizky menghela nafas pasrah lalu mengangguk. Menyandarkan kepalanya di dinding seraya berdoa semoga Bunda cepat pulang agar bisa membujuk Icha supaya tidak marah lagi padanya.

Tak berselang lama, suara mobil terdengar masuk ke halaman rumah. Icha yang juga mendengarnya segera berlari keluar untuk menyambut Bunda nya.

"Dimana Rizky?"

"Tuh!"

Bunda terkejut dan heran, kenapa Rizky ada di pojok ruangan seraya menghadap tembok?

"Bundaa, tolongin! Icha marah sama aku."

"Kenapa bisa marah?"

Icha yang di tanya hanya mengedikkan bahu lalu duduk begitu saja di sofa. "Tanya aja sendiri sama Kucing bandel itu."

Bunda menghampiri Rizky, menarik tangan pemuda yang masih menunduk takut itu. Memintanya duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"T-tadi aku makan tikus, terus Icha marah."

"Ya, ampun!"

"Ga tau tuh, Bunda. Dia lupa kalo kalau udah jadi manusia. Mana tadi darahnya sampe berantakan ngitorin lantai. Gimana Icha ga marah coba."

Bunda mencubit pipi Rizky hingga membuat empunya teriak kesakitan.

"Ky, inget! Kamu itu bukan kucing lagi. Ga boleh makan tikus, tubuh kamu udah tubuh manusia, dan daging mentah ga sehat buat kamu. Apalagi itu tikus pasti kotor."

"Maaf, Bunda," cicitnya merasa sangat bersalah.

"Jangan di ulangi lagi, ya."

Rizky menggeleng. "Aku janji ga akan makan tikus lagi."

"Iya, Bunda udah maafin kamu. Sekarang minta maaf ke Icha."

Rizky menatap Icha dengan wajah memelas nya agar Icha mengasihani dirinya. "Icha, maaf."

"Ga."

Tanpa berkata apapun lagi, Icha bangkit dan pergi ke kamarnya. Rizky yang masih berusaha meminta maaf hanya bisa terus mengikuti Icha dari belakang.

Bunda yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, sempat pusing karena saking terkejutnya barusan.

Seperti biasa, Bunda akan langsung makan dan minum obat sepulang kerja. Apalagi hari ini di kantornya sedikit ada masalah, di tambah ke terkejutnya saat sang Bos nya tiba-tiba memanggil dirinya.

Tak seperti biasanya, Pria paruh baya itu tiba-tiba menanyakan tentang putrinya. Bunda tentu terkejut, kenapa tiba-tiba Bos nya menanyakan tentang itu. Lalu, tanpa di duga, Bos nya bilang ingin mengenalkan putranya.

Bunda sempat menolak tapi sang Bos justru mengungkit kejadian masa lalu dimana kecelakaan terjadi tiga tahun lalu yang hampir merenggut nyawanya. Saat itu, Icha yang bingung harus bagaimana cara membayar uang rumah sakit dan operasi Bunda nya tiba-tiba mendapat tawaran dari seorang pria yang ternyata adalah Bos sang Bunda. Pria itu memberi uang untuk membantu pembayaran operasi tersebut. Gadis yang masih polos itu tentu menerimanya karena tak ada pilihan lain.

Dan kini, hal itu justru menjadi kesempatan bagi Bos nya untuk meminta Icha agar di perkenalkan dengan putranya. Atau ada hal lain di balik semua itu?

Memikirkan hal tersebut membuat Bunda benar-benar merasa pusing. Dadanya juga kembali terasa sakit.

**

"Icha, maaf."

Icha duduk di kursi balkon, memainkan ponselnya mengabaikan ucapan Rizky yang sedari tadi meminta maaf padanya.

Rizky meraih satu tangan Icha, menaruhnya di kepala agar gadis itu mengelus nya seperti biasa. Tapi si empu hanya diam, tak melakukan apa-apa dan membiarkan tangannya di mainkan oleh Rizky.

"Maaf."

Icha menoleh, menatap Rizky yang masih berusaha menggerakkan tangan Icha di rambutnya seolah gadis itu mengelus kepalanya.

"Lo ngerti ga kalo gue tuh khawatir?" Icha mengelus surai pemuda di depannya itu dengan lembut. "Kalau lo sampai kenapa-napa gara-gara makan tikus mentah gimana?"

"Maaf."

"Udah jangan minta maaf, gue udah maafin lo, kok."

Rizky tersenyum senang lalu mengangguk. Akhirnya Icha memaafkan dirinya. Kapok sudah ia membuat Icha marah, ia tak akan lagi membuat gadis itu marah.

Icha meraih tangan Rizky dan menggenggamnya, menyandarkan kepalanya di bahu pemuda itu seraya menikmati indahnya langit sore.

"Liat, langitnya kayak rambut lo."

Rizky mengangguk, mengeratkan genggaman tangan keduanya. "Tapi lebih bagus warna rambut aku, kan?"

Icha tertawa mendengar kepedean manusia kucing di sampingnya ini. "Engga, warna rambut lo jelek."

Rizky ikut tertawa. "Makasih pujiannya."

Icha mendongak menatap wajah Rizky yang begitu tampan terkena pantulan cahaya langit oren. Jangan lupakan senyuman manis pemuda itu, di tambah gigi taring kecil yang berada di kedua sisi gigi atasnya.

Rizky yang sadar Icha tengah menatapnya akhirnya ikut menoleh membuat manik keduanya beradu.

Dalam jarak sedekat ini, mereka saling mengagumi keindahan masing-masing. Mendalami tatapan intens keduanya.

Rizky yang gemas akhirnya semakin mendekat hingga hidung keduanya beradu. Icha yang terkejut hanya bisa tertawa, di ikuti oleh Rizky setelahnya.

Langit sore hari ini menjadi saksi kedekatan antara keduanya yang semakin terasa. Menyaksikan bagaimana kedua remaja ini saling menyalurkan rasa nyaman satu sama lain. Terbuai dalam keasikan dunia yang seakan hanya milik mereka berdua.

Tak sadar, hal itu di tangkap oleh Bunda yang memperhatikan mereka dari ambang pintu kamar Icha. Melihatnya membuat Bunda semakin bingung. Sepertinya ia harus bisa menolak tawaran Bos nya dengan se sopan mungkin agar dirinya tak di cap sebagai orang yang tak tahu balas budi.

Hari ini, ia melihat Icha bahagia dengan dunia barunya. Meski ia tak pernah mendengar pengakuan dari putrinya, tapi ia tahu bahwasanya Icha senang dengan keberadaan Rizky di sampingnya nya.

*

Jiakh! Udah masuk konflik nih!
Jangan lupa vote yaa. Jangan jadi pembaca gelap! Ga kece tau ga!

[✔] Kumis Kucing Where stories live. Discover now