30. Sevilla

1.8K 447 48
                                    

Pagii. Broken Down sudah update bab:

31. Tanggung Jawab

32. Lindungi Mereka

33. I Love You

Thank you ♡

30. Sevilla

Kata Dokter Fira, hidup memang terkadang tidak bisa sesuai apa yang kita mau. Bahkan ada hal-hal yang mungkin terjadi, jauh dari kemampuan yang bisa kita bayangkan untuk menghadapinya. Namun sebagai manusia, sudah sewajibnya kita berusaha memberikan yang terbaik untuk menjalani. Salah satunya dengan ikhlas atas apa yang terjadi. Memaafkan apa pun yang perlu dimaafkan. Karena terkadang, ada beberapa penyakit mental yang bisa membaik setelah penderitanya mampu ikhlas dan memaafkan.

Dan itulah yang saat ini sedang Lusi lakukan. Baik kepada Elang maupun Jefri. Dan sejak memaafkan disertai terapi yang sudah beberapa kali ia jalani, duduk berdekatan dengan Elang menjadi tidak se-menakutkan dulu. Bahkan kini seperti terbiasa dengan adanya Elang dalam sebagian besar harinya yang ia habiskan. Ia bisa mengendalikan ketakutan yang dulu sempat mendominasi. Dan ... hanya mimpi buruk itulah yang sekarang berusaha ia hilangkan.

Hari ini Elang tidak ada jadwal bimbingan, juga libur bekerja. Namun laki-laki itu menggunakan waktu dengan mengerjakan skripsi. Posisinya duduk di karpet, sementara Lusi sendiri duduk di sofa dan membaca buku seputar melahirkan.

"Oi."

Panggilan itu membuat Lusi mengalihkan pandangan dari buku di pangkuannya ke arah Elang yang ternyata sudah beralih posisi menghadapnya. Keningnya tiba-tiba berkerut.

Menggigit bibir sebentar, ia bersuara, "Kakak,"

"Hm."

"Itu," Lusi menatap laki-laki itu ragu. "bisa nggak, manggilnya jangan 'Oi'?"

Dan bukannya marah seperti yang Lusi takutkan, Elang malah memasang ekspresi geli. Dan Lusi merasa salah tingkah karenanya.

"Lo nggak suka?"

Lusi mengangguk kaku. "Sedikit."

"Kenapa nggak bilang dari kemarin-kemarin?" tanya Elang sambil bersila dan kini sepenuhnya menghadap Lusi yang duduk di atas. "Takut?"

Lusi hanya meringis, membenarkan.

"Oke, maaf." Elang terdiam sejenak sebelum bertanya, "ada yang lain?"

Lusi menggeleng. "Itu aja."

Elang tersenyum tipis. "Kalau gitu, gue boleh minta sesuatu juga?"

Kening Lusi berkerut. "Apa?"

"Ngomongnya jangan 'saya', bisa?"

"Terus?" Kan tidak mungkin Lusi menggunakan lo-gue kepada Elang.

"Kayak yang lo pakai ke abang-abang lo."

"Aku?"

Elang mengangguk. "Sounds good." Laki-laki itu menatapnya lekat. "Lo keberatan juga kalau gue pakai lo-gue?"

"Eh?" Lusi mengerjapkan mata.

"Mau pakai aku-kamu?"

Dan seketika, pipi hingga ujung telinga Lusi terasa panas. Ia tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba merasa salah tingkah begini. "T-terserah Kakak aja."

Dan senyum geli Elang tercetak begitu saja. "Oke."

Lusi menunduk, menatap tangannya yang bertautan. Rasanya aneh sekaligus menggelikan ketika ia dan Elang membahas hal ringan seperti cara panggilan. Sebelumnya sesuatu seperti ini tak pernah ada dalam bayangannya.

Broken Down (REPOST)Where stories live. Discover now