Ekstra Part

12.6K 823 28
                                    

Jemari berisi nan mungil bergerak memainkan benda berbentuk kubus dengan beragam warna, sesekali bibir merah dan pipinya yang berisi padat itu bergerak dengan kerutan di keningnya. Dan tidak lama kemudian mata bocah berusia tiga tahun itu memancarkan binar setelah berhasil membentuk warna yang sama pada satu sisi kubus itu.

Sejak tadi Arumi memerhatikan Rayyan yang begitu fokus memainkan rubik yang berikan oleh Lilis dua minggu lalu, Rayyan terlihat sangat menyukai mainan barunya itu.

"Umi," Rayyan memanggil Arumi, tangan mungilnya menunjukkan mainannya pada sang Umi dengan senyuman manis menghias wajah tampan si sulung Rayyan.

"Wah, Masya Allah Kak Rayyan hebat." puji Arumi tulus seraya mengusap kepala putranya penuh kasih sayang.

Senyuman manis Rayyan semakin terkembang saat Arumi memujinya. Lalu kemudian meletakkan mainan rubik di lantai. Rayyan bergerak duduk ke samping Arumi, jemari mungilnya bergerak menyentuh adik kecilnya yang berada dalam pangkuan Umi dengan hati-hati.

"Adik Hanum belum bangun ya, Umi?" tanya Rayyan, tatapnya tertuju pada kelopak mata adiknya.

Arumi tersenyum, ia pun mengecup puncak kepala Rayyan." Iya, Adik lagi tidur. Kakak Rayyan nggak sabar mau main sama Adik Hanum, hm?"

Anggukan kepala Rayyan berikan, bibir Rayyan berkedut dengan wajah yang sengaja dimajukan—menggapai pipi adiknya, memberikan satu ciuman pada sang adik.

"Adik Hanum cepat bangun ya." kata Rayyan.

Arumi tersenyum geli, Rayyan terlihat begitu tidak sabar menunggu adiknya terbangun. Lalu tatapan Arumi beralih pada bayinya yang berusia tiga bulan, terlelap dengan nyaman dalam pangkuannya.

"Umi, Adik Hanum cantik."

Arumi tersenyum mendengarnya, "Kakak Rayyan juga ganteng." ucap Arumi kemudian.

Rayyan beralih menatap Umi, tidak lama Rayyan tersenyum manis kepada Arumi. "Umi juga cantik, Abi ganteng." kata Rayyan.

Arumi tidak bisa menahan tawa kecilnya saat mendapat pujian manis dari si sulung. Rayyan, putranya yang satu ini begitu manis dalam setiap tingkahnya. Rayyan selalu berhasil membuat semua orang tersipu malu karena ucapan dan suaranya yang terdengar begitu manis, dan sikap Rayyan selalu menghipnotis orang-orang terdekatnya.

Sementara diwaktu yang sama dengan tempat yang berbeda, Zayyan yang sedang duduk di atas meja pantry tampak begitu senang bermain dengan tepung dalam mangkuk stainless. Tangannya mengaduk-aduk adonan tepung yang telah diberikan air menggunakan spatula dengan wajah riang.

Zayyan tidak hanya sendiri di dapur, si kecil Zayyan ditemani oleh sang Oma dan Opa. Ini bukan pertama kalinya bagi Zayyan berada di dapur, bermain dengan tepung. Lebih tepatnya, Zayyan sangat suka membuat kue atau semua aneka jenis makanan berbahan tepung dan tentunya manis.

"Oma." Zayyan memanggil Oma, tangan mungilnya menunjuk ke arah cokelat cair yang berada di dekat sang Oma.

"Zayyan mau cokelat?" tanya Opa, kemudian mengambil cokelat cair tersebut dan memberinya kepada Zayyan.

Zayyan tersenyum, lalu menunjukkan ke arah mangkuk stainless berukuran sedang dalam pelukannya. Sang Opa yang mengerti, perlahan menuangkan cokelat cair itu ke adonan Zayyan.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISWhere stories live. Discover now