Bagian Empatbelas

11K 934 12
                                    

Seperti kata pepatah; semakin tinggi pohonnya, semakin kencang pula tiupan anginnya. Bukan untuk merobohkan pohonnya, melainkan untuk melihat seberapa kuat akarnya.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

Di dapur, Melly tengah sibuk memasak untuk sarapan keluarganya, di bantu para asisten. Selesai dengan satu hidangan, Melly kembali membuat hidangan yang lain. Melly hafal betul kebiasaan anak-anaknya.

Anak pertamanya—Fathur tidak suka makanan berat untuk sarapan. Sedang Zahra lebih menyukai sesuatu yang manis untuk sarapan. Sementara anak kembarnya—Rio dan Ria lebih menyukai makanan berat untuk sarapan, sama seperti sang suami.

Dianugerahi empat orang anak adalah karunia yang sangat Melly syukuri. Melly tidak pernah melewatkan momen-momen berharga dalam mengawasi tumbuh kembang anak-anaknya, meski hal kecil sekalipun selalu terekam dalam momeri kenangan di kepalanya.

Siapa sangka, sekarang anak-anaknya sudah tumbuh dewasa. Fathur sudah berusia dua puluh tujuh tahun, Zahra yang dua bulan lagi akan memasuki usia dua puluh enam tahun. Rio dan Ria sudah dua puluh satu tahun.

Melly dan Ilham tidak pernah menuntut anak-anak mereka, keduanya membebaskan apa saja yang diinginkan putra-putri mereka. Kendati Ilham dan Melly tidak pernah membatasi ruang gerak anak-anaknya, namun mereka selalu mengingatkan; menjadi apa pun, sesukses maupun setinggi apa pun kedudukan anak-anaknya, Mereka tidak boleh melupakan kewajiban dan perintah Allah, selalu mengutamakan kepentingan atas Rabb-Nya di banding dunia yang tidak pernah ada habisnya.

Ilham pun tidak pernah menuntut anak-anaknya untuk bekerja di perusahaan keluarganya, selalu mengutamakan cita-cita dan keinginan anak-anak, ingin menjadi apa dan siapa itu adalah pilihan mereka. Ilham juga selalu membimbing putra-putrinya dan  memberikan fasilitas yang dibutuhkan.

"Bi Imah, tolong bawa makanan yang sudah siap ke meja makan ya." Melly tersenyum kepada Bi Imah. Bi Imah langsung mengambil makanan yang sudah siap ke meja makan.

Sejak dulu bagian dapur selalu menjadi tanggung jawab Melly, tidak pernah sekalipun Melly menyerahkan dapur sepenuhnya kepada asisten rumah tangganya. Bukannya Melly tidak percaya, Melly hanya ingin dirinyalah yang memasak untuk keluarganya kecilnya. Meskipun begitu, bukan berarti asisten rumah tangganya tidak boleh menjamah dapur.

"Harum sekali, kamu masak apa?"

"Mass!"

Melly berjinjit terkejut saat sepasang tangan besar memeluk pinggangnya dari belakang. Hampir saja Melly menjatuhkan spatula di tangannya.

"Ngagetin tahu, ih!"

Ilham tersenyum, menumpukan dagunya di bahu sang istri. Melly mengelus punggung tangan Ilham yang berada di atas perutnya. "Lepasin dulu, aku lagi masak. Nanti di lihatin yang lain." Bukannya melepaskan, Ilham semakin mengeratkan pelukannya. "Sebentar ... anak-anak masih di kamar." bisik Ilham.

Melly menghela nafasnya pelan, selalu seperti ini. Usia mungkin sudah tidak muda lagi, tapi sikap dan perlakuan Ilham tidak pernah berubah.

"Ya walaupun anak-anak belum turun, tapi di sini juga ada orang lain, Mas." ucap Melly, meletakkan spatula dan mematikan kompor.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISМесто, где живут истории. Откройте их для себя