Bagian Sebelas

11.3K 965 17
                                    

Pada akhirnya sesuatu yang telah lama ditutupi akan diketahui oleh orang lain. Bukan tentang serapi apa kita menutupinya, tetapi ini tentang waktu yang kapan saja akan mengurainya.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah

"Kalau gitu Rumi duluan ya. Ibu udah nunggu di rumah." pamit Arumi setelah dia, Satria dan Febi menyelesaikan masalah mereka. Meskipun belum terselesaikan semua, tetapi setidaknya ada perasaan lega di hati mereka.

Febi dan Satria mengangguk, keduanya mengantarkan Arumi sampai di parkiran dan menunggu kepergiannya.

"Hati-hati ya, titip salam untuk Ibu." ucap Satria.

Arumi mengangguk, "Iya, nanti Rumi sampaikan ke Ibu. Duluan Mbak Febi, Mas Satria. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Arumi melangkah menuju motornya, mengambil helm dan memakainya. Sebelum melajukan motor menyeberangi jalan, Arumi menoleh ke arah di mana Satria dan Febi berdiri menunggu kepergiannya.

Arumi mengangguk pelan saat Febi melambaikan tangannya. Setelahnya, dengan pelan motornya melaju.

"Kita pulang?" Satria bertanya kepada sang istri yang langsung mendapatkan anggukan dari Febi. "Iya, mau langsung pulang aja, Mas. Aku senang deh akhirnya kalian baik-baik aja." kata Febi.

Satria beralih merangkul pinggang Febi, menuntut istrinya menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Terima kasih."

"Enggak perlu berterima kasih karena itu sudah tugas aku untuk membantu kamu memperbaiki kesalahpahaman di masa lalu."

Satria tersenyum mendengar istrinya. Bukan Febi yang beruntung berjodoh dengan Satria tetapi untuk Satria, dialah pria yang beruntung di pertemukan dengan perempuan seperti Febi dan hingga akhirnya menjadikan Febi sebagai pendampingnya dan menjadi ibu dari anak-anaknya.

———————————

Pandangan Wulan lurus ke depan dengan sorot mata kosong. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Tersenyum samar saat kembali teringat akan kehadiran seseorang yang baru saja pergi.

Setelah dua puluh dua tahun.

Seseorang yang bahkan tidak akan pernah bisa Wulan lupakan kebaikannya, seseorang yang tidak akan bisa Wulan acuhkan begitu saja.

"Ibu?" panggil Arumi.

Arumi melangkah cepat mendekati sang ibu yang terduduk diam di tempatnya. Arumi menyentuh bahu ibunya, namun ia tidak mendapatkan reaksi apa pun dari Wulan.

"Ibu kenapa?" Arumi bertanya. Ia menggoyang-goyangkan bahu ibunya sampai akhirnya Wulan mengerjap lalu melihatnya.

"Arumi."

"Iya Bu, ini Arumi. Ibu kenapa? Ibu baik-baik aja, kan?"

Wulan tersenyum, kemudian menarik Arumi ke dalam pelukannya. Mengusap punggung putrinya dengan penuh kasih sayang seakan takut jika ia melepaskan pelukannya sang putri akan menghilang.

Wulan sadar, selama apa pun mereka menjauh pasti mereka akan di temukan. Wulan takut suatu hari nanti ia pergi meninggalkan putrinya. Wulan tidak ingin itu terjadi. Tetapi kondisinya yang kapan saja bisa melemah membuat ketakutannya menyeruak.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISWhere stories live. Discover now