Bagian Satu

12.6K 967 9
                                    

"Di balik kesulitan akan selalu ada kemudahan, karena Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya."

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Koreksi Typo

Sebelum baca pencet 🌟 di pojok kiri boleh dong, hehehe

Okey, makasih yaa!

Happy Reading

Bismillah

Langit terlihat sangat cerah, sinarnya begitu terik dan tak ada sedikitpun gumpalan awan. Di tengah teriknya matahari yang mungkin saja bisa membuat kulit langsung gosong terkena paparan sinar UVnya.

Hilir angin sesekali berhembus, meski tak cukup membuat rasa panas menghilang begitu saja.

Sungguh luar biasa kuasa Tuhan.

Di tengah kepadatan jalan, sebuah sepeda motor melesat— menyalip kendaraan beroda empat yang sedari tadi terlihat hanya diam di tempat.

Bunyi klakson motor dan mobil bersahutan namun seakan buta tak bisa melihat di depan sana lampu merah masih berjalan di hitungan sembilan puluh satu.

Tinn ... tinnnnn.

"Arumi, pelan-pelan atuh."

Seorang perempuan berkerudung hitam sedari tadi menepuk-nepuk pundak perempuan yang di panggilnya Arumi. Sedari tadi perempuan itu beristighfar dan sesekali berteriak histeris saat Arumi menyalip sebuah truk di depannya.

"Astaghfirullah, Rum, itu di depan ada ada mobil! Ya Allah, Allahu Akbar!"

Lilis mencengkram kuat pinggang Arumi, peluh keringat sudah membanjiri tubuhnya. Laju sepeda motor memelan, Arumi berhasil keluar dari kemacetan.

"Aman, Lis. Kamu mah heboh banget tahu!"

Lilis memukul helm yang digunakan Arumi, perempuan itu menghela nafas lega karena Arumi sudah tidak seperti orang kesetanan lagi. Harusnya Lilis tidak melupakan siapa Arumi, sahabatnya itu jika sudah membawa sepeda motor suka lupa diri.

"Aku setiap di bonceng kamu berasa mau di jemput malaikat maut!" omel Lilis setelah turun dari atas motor.

Arumi mencabut kunci motor maticnya, lalu melepaskan helm dari kepalanya. Arumi menyengir melihat sahabatnya sudah cemberut.

"Maaf maaf, Lis. Tapi, sekarang kita sampai dengan selamat." ucap Arumi seraya membenarkan letak khimarnya yang di terpa angin.

"Tahu ah. Besok-besok aku nggak mau lagi boncengan sama kamu."

Arumi mengangguk-anggukkan kepalanya, Arumi sudah hatam bagaimana watak Lilis. Sudah berulang kali Lilis mengatakan tidak mau lagi boncengan dengan dirinya tapi lihat sampai detik ini ke manapun mereka pergi Lilis selalu bersama Arumi.

Arumi dan Lilis melangkah masuk ke dalam sebuah toko bunga.

"Rum, Ibu kamu udah membaik?"

Lilis membuka lemari kaca, mengambil setangkai bunga mawar segar lalu kembali menutup kaca lemarinya.

Arumi terdiam sebentar, perempuan itu mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tas, setelahnya menatap ke arah Lilis yang tengah menaruh bunga mawar di dalam gelas dan kemudian diletakkan di atas meja.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISWhere stories live. Discover now