Bagian Duapuluh Enam

11.4K 941 35
                                    

Cinta itu tidak bisa di nanti-nanti. Ambil dia dengan penuh keberanian atau lepaskan dia dengan penuh keridhoan.

Ali Bin Abi Thalib

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————————

Koreksi Typo

Happy Reading

Bismillah


Apakah yang dilakukan Arumi salah? Apakah Arumi pantas bersama dengan Fathur? Dan apakah mereka sekufu? Arumi tidak yakin. Arumi merasa mereka sangat jauh, Arumi merasa mereka seakan tidak setara. Perihal Fathur berasal dari keluarga terpandang, Arumi pun sama. Hanya saja Arumi dan ibunya memilih meninggalkan itu semua.

Tetapi, bukan ini yang Arumi cemaskan. Arumi masih sangat fakir akan ilmu agama, namun Arumi juga tidak buta dengan agamanya sendiri. Yang Arumi cemaskan setelah mengetahui bahwa Fathur merupakan seorang yang telah menyelesaikan tiga puluh juz pada usia lima belas tahun. Sedangkan dirinya? Bahkan, Arumi tidak yakin ia memiliki hafalan sebanyak Fathur.

Arumi menarik nafasnya dalam, mengapa Fathur memilihnya?

"Melamun terus dari tadi, Rum."

Lilis duduk di hadapan Arumi, Lilis perhatikan Arumi lebih banyak diam dengan tangan menumpu pipi. Lilis geleng-geleng melihat mengetahui sahabatnya ini melamun semenjak siang tadi setelah pulang dari restoran Arumi.

Pipi Arumi menggembung, lalu merebahkan kepalanya di atas meja, kemudian berkata. "Aku bingung banget. Aku enggak tahu apa melanjutkan proses ta'aruf ini ke tahap selanjutnya atau berhenti sampai di sini?"

"Kenapa kamu bingung? Udah istikharah belum? Jangan asal ambil keputusan Rumi."

Arumi mengangguk-angguk, ia memang sudah melakukan istikharah. Tetapi, sampai saat ini Arumi belum menemukan jawabannya. "Udah kok Lis, cuma aku nggak tahu. Beberapa hari ini aku selalu mimpi datang ke Masjid, tapi aku enggak tahu itu di mana. Dan aku kedinginan." ujar Arumi, menceritakan apa yang ia mimpinya.

Lilis menopang tangan di dagu, tampak memikirkan apa yang Arumi ceritakan. Lalu kepalanya mengangguk-angguk, kemudian menggeleng-geleng.

"Aku punya dua asumsi sih soal mimpi kamu, eum ... ada yang selain kamu ke Masjid sama kedinginan?" tanya Lilis kemudian.

Arumi mengangkat kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi di dalam mimpinya. "Aku dengar ada langkah kaki, nggak lama aku ngerasa hangat sama suara laki-laki. Aku ngerasa enggak asing sama suara tapi setiap mau lihat orangnya aku kebangun." katanya.

Lilis menjentikkan jarinya di depan wajah Arumi. "Itu jawabannya! Kamu cuma perlu tahu siapa orangnya, Rum!" seru Lilis antusias.

Arumi menarik nafasnya dalam, "Iya, tapi aku enggak tahu."

"Tidur lagi gih."

"Yang benar aja, Lilis."

Lilis tersenyum geli melihat raut wajah Arumi. Lilis rasa dirinya tidak salah mengusulkan agar sahabatnya ini tidur. Bukankah ketika Arumi tidur, nantinya Arumi akan kembali bermimpi hal yang sama dan setelahnya Arumi akan mengetahui siapa pria di dalam mimpinya.

—————————————


Fathur membungkuk di depan perosotan, lantas menangkap tubuh Naja setelah meluncur dari atas. Naja tertawa memeluk leher Fathur.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISWhere stories live. Discover now