Bagian Tujuh

12.2K 990 9
                                    

Setiap orang bebas dan berhak memberi penilaian kepada orang lain. Benar atau tidaknya hanya diri kita sendirilah yang lebih mengetahuinya.

-Asma Cinta, Fathur-

NrAida

———————————

Happy Reading

Bismillah

Sebelum berangkat, Fathur mengusap kepala Ria dan Zahra begitupun hal yang sama di lakukan kepada Rio.

"Mas duluan, yah. Rio sebelum ke kantor antar Ria ke kampus dulu."

Rio mengangguk, "Iya, Mas."

Fathur tersenyum, sudah dua hari Papa dan Mama mereka pergi berlibur. Hanya berdua. Awalnya, Melly hanya menemani Ilham bertugas ke luar kota selama satu hari. Tetapi, Ilham memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berlibur bersama istri tercintanya.

Fathur senang karena Papa dan Mamanya bisa menghabiskan waktu berdua. Lagi pula, orangtuanya sudah sangat jarang berlibur. Kalaupun berlibur pasti mereka akan selalu mengikutsertakan anak-anaknya.

"Mas Fathur hati-hati di jalan."

"Iya, Zahra."

Setelah kedua adik perempuannya menyalami tangannya, Fathur beralih menatap Rio. "Rio nanti ke ruangan Mas ambil berkas yang akan di presentasi saat meeting, salinannya sudah di kirim Yovan melalui email dan nanti jumpai Aa Kevin." kata Fathur mengingatkan Rio.

"Iya Mas. Mas Fathur langsung ke rumah sakit?"

Fathur mengangguk, ia mengambil snellinya yang di berikan Bi Imah kepadanya. "Terima kasih, Bi Imah."

Bi Imah mengangguk dengan senyuman,"Sama-sama aden."

"Iya, Mas langsung ke rumah sakit. Nanti kalau ada yang kurang jelas, tanyakan pada Aa Kevin."

Rio mengangguk, ia menghabiskan minumnya. Sebelum Fathur pergi, Zahra dan Ria mencium pipi Fathur.

"Zahra, Ria dan Rio, Mas berangkat. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Fathur melangkah cepat dengan langkah lebarnya, pagi ini akan menjadi pagi yang sangat sibuk untuk Fathur karena ia harus menggantikan rekannya operasi.

Saat Fathur hendak masuk ke dalam mobil, ia di tahan oleh Bi Risa.
"Aden hati-hati, ini bekalnya udah Bibi siapkan." kata Bi Risa sembari menyerahkan kotak bekal kepada Fathur.

Fathur mengangguk, ia tersenyum tipis. "Terima kasih, Bibi." Fathur mengambil kotak bekalnya.

Bi Risa mundur beberapa langkah ke belakang. Sebelum melajukan mobilnya, Fathur mengangguk sopan kepada Bi Risa dan membunyikan klakson sebagai pertanda pria itu berangkat.

Di tengah kepadatan jalanan, Fathur bergumam. Meroja'ah hafalannya agar tidak lekang dari kepalanya. Selama dua jam perjalanan, akhirnya sampai di rumah sakit.

Setelah mobilnya terparkir, Fathur turun dari mobil. Ia harus segera mengganti pakaiannya.

"Dokter Fathur."

Fathur mengangguk, "Suster Angel." Fathur balas menyapa perawat Angel.

"Dokter buru-buru sekali, ada jadwal operasi, yah?" tanya perawat Angel, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Fathur. Jadilah, perawat Angel setengah berlari.

Asma Cinta, Fathur (SELESAI) REPUBLISWhere stories live. Discover now