Cara Ampuh Membangunkan Rexi

Start from the beginning
                                    

"Tidak ada maksud apapun, Dok," jawab Al.

"Terima kasih dengan infonya. Silahkan dokter periksa pasien yang lain," ujar Al.

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi," ujar sang dokter.

Dokter pergi dan meninggalkan Al, Bellina serta Barack di depan ruang inap Rexi.

Al melipat kedua tangannya di depan dada dengan santai.

"Uhm ... Kayaknya, enggak lama di Indonesia bakalan ada artikel koran yang terbit dengan judul kayak gini. Ayah kandung membunuh anak dan cucu sendiri karena memaksa sang anak yang mengandung untuk menikah dengan pria lain! Wow! Artikel yang bagus dan menarik banyak minat pembaca, yah!" seru Al menyindir Barack.

"Al!" seru Bellina.

"Apa, Ma? Ide Al untuk membuat artikel dengan judul seperti itu menarik, kan? Bagaimana kalau kita rekam kejadiannya mulai sekarang, tak usah repot-repot untuk memikirkan konfliknya," kata Al sambil tersenyum menyeringai.

"Alvaro Addison!" seru Bellina memperingati.

"Ck! Udahlah, Ma. Al mau masuk ketemu Rexi aja!" final Al. Mamanya benar-benar menyebalkan!

"Tidak! Biar papa yang masuk lebih awal!" seru Barack.

Tanpa sepatah kata lagi, Barack langsung masuk ke dalam ruang inap sang anak.

Al mendengkus panjang.

"Ck! Palingan nanti di dalam dia bakalan bikin drama Korea," keluh Al meledek.

Bellina mencubit perut Al, membuat Al meringis.

"Sakit, Ma!" keluh Al.

"Makanya, punya mulut itu dijaga! Kontrol mulut kamu! Jangan berbicara!" ujar Bellina memperingati.

"Al bukan patung yang enggak bisa bicara!" sinis Al usai Bellina melepaskan cubitannya.

"Maksud mama-"

"Iya, Al ngerti!" kesal Al.

"Hum ... Mama kira kamu enggak ngerti. Hampir aja mama cubit perut kamu lagi," malas Bellina.

"Jangan dong, Ma. Gimana kalau perut Al nanti lebam-lebam?! Gimana kalau Rexi ngidam mau sentuh ABS Al tapi udah bengkak? Mama loh yang salah!" ancam Al. Sepertinya, mood anak ini sudah membaik, sudah bisa bercanda soalnya.

"Ada gitu?!" heran Bellina sambil terkekeh.

"Daripada Rexi ngidam yang lain?" jawab Al.

"Contohnya?" tanya Bellina penasaran.

"..."

Al bergeming beberapa detik.

"Seks?" jawabnya santai.

"Alvaro Addison!" kesal Bellina.

Al tertawa.

"Jangan macam-macam kamu! Mama bakalan hukum kamu kalau macam-macam!" marah Bellina.

"Iya ... Iya ..." jawab Al malas.

"Ck! Padahal gue sama Rexi udah sering banget nge-seks. Mulai di atas meja, kamar mandi, banyak banget ..." gumam Al.

Bellina mendengkus.

"Ck! Daripada mama gila karena kamu, mending mama masuk aja deh!" kesal sang mama.

"Silahkan kanjeng ratuuuu!" kata Al meledek sambil memperagakan diri layaknya seorang pengawal.

"Ck! Manusia purbakala!" sinis Bellina.

Al menatap sang mama dengan tajam, sedangkan Bellina berjalan masuk ke dalam ruang inap Rexi.

Al membalikkan badannya, lalu menyandarkan punggungnya pada ambang pintu. Dia memperhatikan Barack.

Al memperhatikan tubuh Barack dari atas sampai bawah. Jangan lupakan bibirnya yang bersiul santai.

"Hum ... Kepalanya dipisahin dari lehernya. Lengannya dipisahin dari bahunya. Pahanya dipisahin dari kakinya. Matanya nanti gue pajang di Mading sekolah," gumam Al.

Al berhenti bersiul, lalu tersenyum menyeringai.

"Al ... Kamu enggak mau lihat Rexi?" tawar Bellina.

Al melirik sinis ke arah Barack.

Al berjalan santai menghampiri ketiga orang itu. Saat lewat di samping Barack, Al dengan santai menyenggol pundak sang ayah tiri dengan kasar.

"Ah ... Maaf, Papa," kata Al sok merasa bersalah. Dia memasang ekspresi sedih.

"Anak sialan!" batin Barack emosi.

Al melirik ke arah Rexi yang masih tak sadarkan diri.

"Kenapa dia masih kayak gini, sih? Belum sadar aja," heran Al.

"Ck! Ucapan kamu itu enggak jelas banget, Al!" sinis Bellina.

"Ck! Sok kalem banget mukanya, sih!" ledek Al.

Al melirik ke arah Bellina dan Barack, lalu dia memberikan senyuman manisnya. Ah ... Lebih tepatnya, senyuman meledeknya.

"Kamu jangan macam-macam deh sama Rexi. Dia lagi sakit loh, Al," kata Bellina memperingati sang anaknya. Anaknya itu benar-benar tak paham dengan situasi dan kondisi.

"Al cuma mau dia bangun terus ngidam, Ma. Al mau kalau dia ngidam dan minta yang aneh-aneh sama Al," jawab Al sok sedih.

Al diam-diam melirik ke arah Barack yang terdiam sambil terus menatapnya dengan tatapan yang terlihat menahan amarah. Itu yang Al suka.

Al membalikkan badannya dan menatap ke arah Rexi.

"Al bangunin, yah. Gampang, kok," kata Al tenang.

"Jang-"

Belum sampai ucapan Bellina, Al dengan kurang ajarnya malah mencium bibir Rexi dengan sangat agresif di depan mata Bellina dan Barack.

"ALVARO ADDISON!" teriak Barack dipenuhi amarah besar.

My BrotherWhere stories live. Discover now