Surat Peringatan

2.6K 136 4
                                    

Al terduduk di kursi kelasnya sambil memegangi kedua bibirnya dengan pelan. Bahkan sesekali dia mengusap bibirnya itu dengan pelan pula.

Tiba-tiba saja bibir Al tersenyum tipis tanpa sepengetahuan pemiliknya.

"Nih anak kenapa, sih? Ngapain dia senyam-senyum enggak jelas?" tanya Deian di dalam hatinya saat melihat tingkah Al yang tak biasanya.

Tuk!

Al tersentak kaget karena Deian yang tiba-tiba menepuk pundaknya dengan sedikit keras. Dia langsung menatap Deian dengan tatapan datarnya.

"Heh! Lo kenapa senyam-senyum sendiri?!" tanya Deian.

"Kesurupan lo?!" tanya Deian lagi.

"Gila!" jawab Al asal sambil mendengkus kesal karena Deian yang mengira kalau dirinya sedang kesurupan.

***

"Kita duduk di mana nih? Udah full semua," kata Nina usai mengedarkan pandangannya untuk mencari meja dan kursi kosong yang ada di kantin sekolahnya.

"Ck! Bukannya gue udah bilang dari awal sama kalian semua?! Faster! Jangan lelet macam siput!" balas Renata dengan suara kesalnya. Kedua matanya melirik ke arah Rexi. Rexi yang dilirik tidak menggubris Renata.

"Gue capek berdiri nih ..." kata Nina mengeluh.

"Rexi!" teriak seseorang memanggil Rexi dan membuat atensi Rexi, Renata, Nina dan Kiara melirik ke sumber suara.

"Sini!" seru Deian sang pemilik suara.

Rexi mengacungkan ibu jarinya, lalu kemudian berjalan menghampiri Deian dan diikuti oleh ketiga temannya dari belakang.

"Kenapa?" tanya Rexi usai berdiri di hadapan Deian.

"Duduk di sini aja," kata Deian.

"Oke. Makasih," ucap Rexi dan Deian hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Baru saja Rexi ingin duduk di samping Al, tetapi niatnya langsung terhalang karena Renata yang dengan lincah duduk di kursi yang ada di samping Al.

"Sial ..." umpat Rexi dengan pelan sambil melirik Renata dengan sinis.

Karena tak ada pilihan, akhirnya Rexi duduk di samping Nina.

"Eh Al. Lo suka makan bakso, yah?" tanya Renata sambil menatap bakso yang dimakan oleh Al.

"Hum ..." jawab Al berdeham sambil menganggukkan kepalanya.

"Ah ... Suapin gue dong. Kayaknya, enak banget tuh bakso ..." kata Renata memohon sambil menatap Al dengan manja.

"Cih! Menjijikkan!" batin Rexi sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Lo punya tangan, kan?" tanya Al.

"Makan sendiri!" lanjutnya dengan sinis.

"Ya elah, Al. Padahal, gue cuma monta disuap doang loh," kata Renata kecewa.

"Terserah," sinis Al, lalu kemudian melanjutkan untuk menikmati bakso mercon kesukaannya.

Rexi tersenyum tipis saat melihat penolakan Al kepada Renata. Padahal, di dalam hati tadi, dia mengabsen seluruh nama hewan yang ada di kebun binatang untuk Renata. Tapi, sekarang dia malah mengucap syukur berkali-kali di dalam hati karena Al yang menolak permintaan Renata secara terus terang.

"Syukur lah. Setidaknya, Al nolak permintaan Renata cabe-cabean lokal itu," batin Rexi sambil tersenyum menyeringai.

Nina, Renata, Rexi dan juga Kiara sudah menikmati makanan mereka dengan tenang usai mereka membeli makanan kesukaan mereka masing-masing beberapa menit yang lalu.

Rexi mengangkat pandangannya secara perlahan dan memperhatikan Al secara diam-diam.

Al tengah tersenyum dan tertawa bersama dengan Deian yang duduk di sampingnya.

"Al," panggil Renata.

"Hum?" deham Al malas.

"Kok, celana sekolah lo robek-robek, sih? Bagian lutut doang lagi," tanya Renata. Pasalnya, celana abu-abu Al seperti bukan celana anak sekolahan SMA saja.

"Ck! Biasa lah! Namanya juga kurang bahan," celetuk Deian sambil terkekeh kecil.

Al hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Dia terlalu malas untuk meladeni Deian yang punya kebiasaan meledek dirinya.

"Tapi, lutut lo putih banget deh," kata Renata memuji Al sambil memegang lutut Al.

Rexi membulatkan matanya tak terima karena Renata yang dengan lancang dan sangat berani menyentuh Al.

"Santai banget?" batin Rexi karena melihat Al yang tak ada responnya saat Renata membelai lututnya.

"Lo enggak ngerasa bersalah karena ada gue di sini, Al?" tanya Rexi di dalam hatinya.

Rexi berdiri dari duduknya, membuat Renata, Al, Deian, Nina dan Kiara melirik ke arahnya.

"Mau ke mana, Rex?" tanya Deian.

"Mau ke kelas!" jawab Rexi keras.

"Lah! Kok, nge-gas?!" tanya Deian kaget karena tiba-tiba disembur oleh Rexi, padahal dia merasa kalau dia tak pernah membuat Rexi marah atau sejenisnya.

Rexi tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Deian. Dia benar-benar kesal dengan sikap santai Al yang menanggapi Renata.

Al melirik kepergian Rexi dan beralih untuk melirik ke arah Deian yang menatap kepergian Rexi dengan heran.

"Ck! Kenapa Deian enggak peka banget kalau Rexi cemburu lihat dia lagi mesra-mesraan sama Nina?!" tanya Al di dalam hatinya.

Ya, Al salah paham. Di sini, Rexi cemburu kepada dirinya karena Renata yang begitu dekat dengannya dan Renata yang selalu saja bergelayut manja pada tangannya.

Sedangkan Al salah paham karena dia mengira kalau Rexi cemburu melihat kedekatan Deian dengan Nina, pasalnya Rexi dulu pernah confess kepada dirinya kalau dia suka dengan Deian.

"Begini beratnya kalau suka dalam diam, yah? Apalagi, sukanya sama kakak sendiri," batin Rexi di dalam hatinya saat dia tak sengaja melihat Al yang bersikap tenang dan santai saat Renata bergelayut manja pada tangannya.

Rexi berjalan lemas sambil menundukkan kepalanya, dia benar-benar merasa sedih dan merasa begitu sesak saat melihat kebebasan Renata kepada Al.

Mulai dari Renata yang mengelus lutut Al. Bahkan sampai Renata yang bergelayut manja pada Al. Tapi, ekspresi dan juga tanggapan Al hanya satu. Santai.

Ya. Santai saja.

***

Waktu pulang sekolah adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh seluruh murid. Termasuk Al pastinya.

Al tidak menunggu dia yang pulang ke rumah atau kelayapan sama seperti sebagian murid lainnya. Tapi, dia menunggu waktu pulang karena ingin bertemu dengan Rexi yang tak kunjung masuk di jam mata pelajaran terakhir di kelas mereka.

Al menarik pergelangan tangan Rexi dengan kasar, membuat Rexi tersentak dan meringis kesakitan karena dirinya.

"Aww! Sakit, Al!" pekik Rexi.

"Lepasin gue, Al!" pinta Rexi emosi.

"Darimana, lo?!" tanya Al dengan nada suara yang terdengar santai, tetapi tegas bagi Rexi.

"Dari kelas lah. Ya kali dari apart," jawab Rexi berbohong.

"Dari kelas? Hum ..." tanya Al geram.

Al melempar sebuah amplop tepat pada wajah Rexi dan berhasil membuat Rexi menangkap amplop itu dengan cepat untuk melihat apa isi dari amplop tersebut.

"Sejak kapan orang disiplin dapat surat peringatan?" tanya Al sinis.

Rexi mengerutkan keningnya saat mendengarkan pertanyaan dari Al, lalu kemudian dia mulai membaca isi surat yang ada di dalam amplop itu.

"Oh damn! Shit!" seru Rexi emosi di dalam hatinya saat melihat apa isi dari amplop itu.

Amplop itu berisi surat peringatan untuk Rexi yang membolos sekolah.

My BrotherWhere stories live. Discover now