09. Dilamar

3.6K 444 51
                                    

💌 : nggak mau tau karena bab ini seru yang voments harus lebih banyak dan semangat😤

Selamat membaca!

85⭐️ & 20💬
(Syarat update)

🤵🏻

💐

👰🏻‍♀️

Lima jam sudah Velove habiskan untuk menatap layar komputer, tangannya terus-menerus menekan beberapa huruf di keyboard secara bergantian, sedangkan bibirnya tampak berkedut, menandakan sang empu sedang sangat fokus melakukan aktivitasnya.

"Ah, tai! Mati lagi gue!"

Aktivitas yang dimaksud sebenarnya tidaklah begitu penting, yaitu belajar bermain game dengan dua orang suruhannya, antara lain Radit dan Shaka.

Mendengar umpatan yang keluar dari bibir Velove lantas saja membuat kedua pria itu salah fokus, padahal Velove baru saja memerintahkan mereka untuk mengingatkannya agar tidak berkata kasar lagi.

Alasannya?

Tentu saja karena Tama.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Arsen, Tama sangat membenci wanita yang kasar.

Shaka menghela napasnya gusar, lalu melepas headset gaming miliknya dan Velove secara paksa, disusul pula oleh Radit yang menyesuaikan tingkah atasannya.

"Lo sebenernya kenapa, sih?"

Alis kembar Shaka bertaut akibat merasa keheranan dengan kelakuan kakaknya yang sangat aneh. Setelah kemarin pulang dengan gaya rambut dan fashion style yang benar-benar berbeda dari biasanya, sang kakak juga memintanya—ah, ralat, memaksanya dan Radit untuk mengajarkannya bermain berbagai jenis game di komputer. Saking niatnya, Velove bahkan sampai membelikannya dan Radit masing-masing satu komputer baru.

Radit menganggukkan kepalanya, ikut merasa penasaran. Tak lama kemudian ia memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Ibu bahkan sampai rela melewatkan kelas menembak hari ini."

Dulu kelas menembak memang favoritnya, tetapi sekarang Tama telah mengganti dan mengisi posisi tersebut.

"Lo mau kemana?!"

Velove meraih kupluk hoodie yang dikenakan adiknya hingga membuat Shaka tertarik ke belakang dan jatuh terduduk kembali di kursinya.

"Mandi. Malem ini Daddy sama Bang Kevan mau ajak makan di luar."

"Oh, oke."

Velove mengangguk dan memersilakan Shaka untuk angkat kaki dari kamarnya. Ketika ia sudah siap memulai babak baru permainannya hanya bersama dengan Radit, Shaka malah menarik kursi putarnya, lalu mendorongnya hingga tiba di depan kamar mandi.

"Lo juga disuruh Daddy ikut."

Velove memberengut tak senang dan menatap Radit untuk meminta bantuan. Sayangnya, aura menyeramkan Shaka berhasil membuat nyali Radit ciut. Lantas saja pria berusia 25 tahun itu langsung berakting seolah sibuk.

"Bu, saya lupa ada panggilan dari kantor. Saya permisi dulu."

Radit menunduk hormat sekilas sebelum melarikan diri.

Velove memutar bola matanya malas melihat kelakuan Radit. Sepertinya asisten pribadinya itu sudah tidak takut lagi jika gajinya dipotong.

"Mandi, Kak."

My Aggressive WifeWhere stories live. Discover now