Tapi tunggu siapa juga yang akan pergi bersama Angkasa. Meski pun pada akhirnya Nataline akan datang ke pernikahan Ridwan itu pun seorang diri tidak mau menumpang dengan Angkasa.

"Saya datang sendiri saja Pak."

"DITYA!" Laki-laki itu menekan namanya sendiri.

"Ahk iyah Ditya, aku bisa datang sendiri." Nataline terkekeh mengoreksi kalimatnya.

Dia sungguh merasa canggung dan belum terbiasa menyebut nama atasannya secara langsung.

"Yaudah pergi sendiri aja kalau kamu bisa." Angkasa tersenyum licik di sela makannya.

Tentu saja Angkasa bukan orang yang akan membiarkan wanita itu lepas dari dirinya.

"Maksud kamu?" Nataline menyipitkan matanya.

Namun Angkasa tidak menatap lagi wanita itu dan pokus dengan makanannya seakan tidak mau bernegosiasi lagi dengan Nataline.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Januar mengetuk meja makan dengan bosan. Sedari tadi Nenek-nya mengabaikan Januar dan lebih mementingkan masakannya, meski itu juga memang penting bagi perut Januar yang sedang kroncongan.

"Buat masalah apalagi kamu sampai di usir dari rumah?" kata wanita tua itu sambil berlenggang membawa dua mangkuk menu makanan terakhir yang dia masak.

"Nek ... Jangan tanya itu Januar lapar tau," laki-laki itu cemberut dan akhirnya dengan cepat mengambil berbagai jenis masakan ke dalam piringnya.

"Dasar anak nakal." Nenek Januar kemudian duduk di hadapan cucu satu-satunya itu.

"Papah gila yah Nek, masa aku minta uang jajan aja gak dibolehin?"

Ayu menggelengkan kepalanya. Wanita tua itu jelas sangat tahu apa pemikiran putranya, jika dilihat lagi putra dan cucu nya itu sangat mirip, mungkin juga karena kemiripan itu mereka sulit akur.

"Papah kamu pengen kamu mandiri cari uang sendiri."

Januar menaikan alisnya. "Terus buat apa perusahaan sebesar IJ, uangnya mau di kemanain kalau bukan untuk Januar. Lagian kan nanti juga perusahaan itu Januar yang lanjutin Nek?" kesal anak itu.

Sungguh sebenarnya dia ingin bekerja di perusahaannya dari pada di perusahaan milik Angkasa yang tentu saja dia lelah berpura-pura jadi karyawan biasa dan selalu di marahi Raina.

Tapi mengingat tentang wanita itu, Januar jadi kepo tentang kehidupan bos di kantornya itu.

"Papah kamu memang di didik seperti itu oleh kakek. Lagi pula, itu memang uang Papah mu hasil kerja kerasnya. Kalau kamu mau seperti itu maka bekerja yang rajin."

Januar mendengus, laki-laki itu tidak ingin membahas soal keluarganya. Kini dia malah pemasaran dengan kehidupan Raina.

"Sudahlah Nek, aku tetap tidak paham dengan pemikiran Papah,"

"Nek yang tadi itu anaknya Mbak Raina yah?" Januar teringat sore tadi wanita itu malah membantu Januar membawa barang-barangnya dan mampir ke rumah Nenek-nya.

Januar berpikir positif mungkin saja wanita itu ingin membayar uang kos meski itu tidak mungkin karena ini tengah bulan.

Nyatanya Januar dikejutkan dengan sebuah fakta yang tidak pernah dia sangka. Ternyata Raina bosnya itu mengambil seorang anak kecil berumur sekitar empat tahun yang dia titipkan di rumah Nenek nya.

Fakta bahwa Raina sudah mempunyai anak tidak pernah terdengar di kantor dan itu tidak mungkin juga karena kebanyakan karyawan di kantor dilarang pacaran atau bahkan menerima karyawan wanita yang sudah memiliki seorang anak.

Tentu saja perusahaan akan beranggapan kalau wanita yang sudah menikah dan punya anak memiliki prioritas lain yang mungkin saja akan mengganggu pekerjaannya di kantor.

Wanita itu menggendong anak laki-lakinya kemudian berbisik di telinga Januar.

"Tolong rahasiakan ini?" sebelum akhirnya pergi dan berpamitan kepada Nenek Januar.

"Iyah sepertinya memang putranya." ucap Nenek Januar.

Januar menyudahi makannya dan menatap Nenek nya serius.

"Kok sepertinya Nek?"

Ayu mengunyah makanannya dan menatap Januar aneh, mengapa cucu nya itu sangat kepo dengan kehidupan orang.

"Yah beberapa tahun lalu, Raina membawa Arka yang masih bayi seorang diri. Wanita itu mengontrak di rumah Nenek, dia sepertinya memang membesarkan anaknya sendiri, tidak tau apa yang terjadi kepada wanita itu. Nenek tidak se-kepo kamu, tapi Nenek kagum dengan kerja keras wanita itu. Dia mengurus seorang anak yang masih kecil dan bekerja. Awalnya dia menitipkan bayinya di tempat penitipan bayi, Nenek merasa kasihan dan menawarkan diri untuk mengurus Arka selama wanita itu bekerja."

Januar hanya terdiam mendengar cerita Nenek-nya itu. Entah mengapa dia sedikit mengagumi Raina, bahkan bos nya itu tidak pernah mengeluh di kantor. Pantas saja Raina selalu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, gadis itu tidak akan pernah lembur karena putranya.

Kalau saja dia bukan wanita yang pemarah dan sangat disiplin mungkin Januar juga akan menyukai wanita itu.

Laki-laki itu berpikir pasti mantan suaminya meninggalkan wanita itu karena kepribadiannya yang aneh.

Tapi tunggu mantan suami?

Apa Raina seorang Janda?

____

tbc¤▪︎▪︎▪︎¤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

tbc
¤▪︎▪︎▪︎¤

tbc¤▪︎▪︎▪︎¤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ME AFTER YOU (TERBIT)Where stories live. Discover now