Aeonian II : H o n e y m o o n

559 67 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bab ini jorok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bab ini jorok.

"Kenapa kau melarangku membawa mobil hari ini?"

Jeon menghitung dalam hati, sudah keberapa kali Jian menggerutu di balik panggilan telepon mereka sejak lima menit lalu. Pria itu memutar bola mata, dengan satu tangan memegang kemudi, mobilnya kini memasuki basement kantor Jian. 

"Tidak apa-apa. Nanti setelah pulang, kita ke rumah ayah dan ibu. Pamit dengan Cio dan Nana." Jeon menyahut kalem. Padahal alasan sesungguhnya ia melarang Jian membawa mobil lantaran ingin menjemput wanita itu. Sengaja. Ingin bertemu Min Yoongi. Bahkan kalau bisa memamerkan diri bahwa dia adalah suami Jian. Wanita yang berusaha Yoongi dekati. Sialan sekali. Memikirkannya saja sudah membuat Jeon naik pitam.

"Kabari kalau sudah di lobby." 

"Hm." Jeon tentu berbohong sebab kini ia sedang menukar akses dengan kartu identitasnya di lobby agar bisa mengunjungi lantai tiga, dimana kantor Jian berada.

Langkah kakinya penuh percaya diri, sepatu mahalnya itu beradu dengan lantai menimbulkan bunyi seirama. Saat tiba di lantai tiga, ia melihat sekeliling. Ada beberapa ruangan namun ada satu yang terlihat besar dan terletak di paling ujung. Ia tidak peduli dengan puluhan mata pegawai yang menyorot penuh selidik pun rasa penasaran. Tangannya membuka satu kancing jas yang dikenakan sebelum mengayunkan tangan guna mengetuk pintu. 

Dalam hitungan tidak sampai semenit, pintu terbuka. Memunculkan sosok Jian yang hari ini menggunakan dress hitam selutut juga blazer biru dongker. Wanita itu tampak terkejut. Menutup pintu dengan rapat lalu berkacak pinggang di hadapan Jeon.

"Kenapa ke sini? Aku sudah katakan beritahu jika kau di lobby." Jian jelas tidak begitu menyukai kedatangannya. Jeon melirik sekilas arloji di tangan. Tepat sekali. Pukul empat sore.

"Memang tidak boleh?" 

"Jeon!" Jian menggertak kesal. Agak cemas, sebab beberapa kali melirik ke sana - sini untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang