14] The Selfish Way

642 105 48
                                    

Aku mau coba ah, votes 50+ komen 30+ aku up lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mau coba ah, votes 50+ komen 30+ aku up lagi. Hahaha. Mau semedi dulu ya.

"...but we know that no matter how many knives we put in each other's backs, that we'll have each other's backs cause we're that lucky..."

Bab 14

Gemericik air dari shower yang menyala terdengar ketika Hwan Jian mengerjapkan mata di balik selimut yang membelit tubuhnya. Rasa sakit dan nyeri di kepala membuatnya sedikit mengenyrit, mencoba untuk duduk.

Gadis itu memijat pelipisnya, memejamkan mata sesaat sebelum sepenuhnya sadar bahwa ruangan ini bukan kamarnya. Jian meneguk saliva susah payah, lekas menyibak selimut dan nyaris terjungkal saat menyadari ia hanya mengenakan sepasang pakaian dalam. Mencari keberadaan sosok yang barangkali tidur dengannya semalam.

Sial. Jian tidak bisa mengingat apapun. Hal terakhir yang ia ingat hanya seseorang yang datang menemuinya di pub lalu membawanya pergi entah ke mana, yang ternyata sebuah hotel bintang lima. Selebihnya, Jian tidak mengingatnya sama sekali.

Dilanda perasaan gelisah dan cemas, gadis itu lantas tergesa-gesa mengenakan pakaiannya kembali. Ia kacau semalam. Penyebabnya tak lain karena Jeon Jungkook yang mengingkari janji padanya. Ya Tuhan ... harus sampai kapan ia merasa sakit hati oleh semua perlakuan Jungkook kepada Jihyo?

Baiklah, Hwan. Enyahkan dahulu Jungkook dari kepalamu. Ada hal genting lain yang harus kau pikirkan sekarang!

Pintu kamar mandi terbuka. Jian mengalihkan atensinya. Manik kembarnya membola tatkala menyadari presensi pria yang paling dikenalinya itu.

"Jimin?!" Ia nyaris memekik. Jatuh terduduk di tepi ranjang yang sangat kusut tak berbentuk. Pemuda Park itu tampak sedikit canggung ketika bersitatap dengannya. Masih hanya dengan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya, Jimin lantas memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai.

"Kau sudah bangun?" Pertanyaan basa-basi itu akhirnya terlontar dari bibir sang sahabat. Jian meneguk saliva susah payah. Jian memang memiliki kadar toleransi alkohol yang tinggi. Tapi, saat ia sudah benar-benar mabuk berat, Jian suka melakukan hal-hal aneh di luar batas nalar. Dan buruknya lagi, ia tidak akan bisa mengingatnya.

Netranya terus mengawasi pergerakan Jimin memakai seluruh pakaiannya kembali. Sesekali melengos ketika Jimin mengenakan celana tanpa malu di hadapannya. Sialan. Jadi mereka benar-benar tidur bersama?

"Jim, jangan katakan kita...."

"We did, Ji." Jimin menyela cepat. Menyugar surai pirangnya lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan posisi Jian saat ini.

Gadia itu melemas mendengar pengakuan Jimin.

"Dan semua karena kau meneguk terlalu banyak alkohol semalam. Niatku hanya ingin membantu karena barista yang melayanimu itu menghubungiku."

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang