11] Nobody Knows

742 92 40
                                    

"But we know this, we got a love that is hopeless

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"But we know this, we got a love that is hopeless."

Bab 11

"SAMPAI kapan kau mau mempertahankan keegoisanmu?" Entah kenapa, kalimat tersebut terdengar sangat menyebalkan dan menyudutkan posisinya. Jeon Jungkook mendesah pelan, mengacak surainya selama beberapa saat sebelum menengadah guna mempertemukan iris kelamnya dengan sepasang netra teduh milik Bae Jena.

Suara rintik hujan masih menemani suasana makan malam antara ibu dan anak tersebut.

"Ibu menyuruhku datang hanya untuk mengatakan ini?" tanya Jungkook, setengah kesal. Jena memutar bola matanya, sejenak mengucapkan terima kasih saat bibi Im—pelayan di rumah tangga datang membawa buah sebagai makanan penutup.

"Beberapa hari yang lalu, Jihyo berkunjung ke sini." Jena mengambil napas sesaat, menjeda, lalu melanjutkan, "Katanya kau tidak pulang hanya karena hobi balapan liarmu itu."

"Jihyo mengadu padamu?" Jungkook seperti tidak terima dengan kenyataan tersebut. Ia paling tidak suka dengan sikap mengadu seperti itu. Lagipula, Jihyo mengatakan bukan masalah jika Jungkook masih sering melakukan hobi balapannya. Namun kenapa gadis itu justru bertindak sebaliknya di belakang Jungkook? Kenapa tidak mengatakannya secara langsung bukan malah mengadu pada Jena.

"Dia hanya mengutarakan isi hatinya. Berhenti melakukan balap liar, Jungkook. Kau punya istri sekarang. Dan tidak ada menunda anak. Ibu mau secepatnya Jihyo mengandung anakmu." Jadi ini alasan Jena memaksanya datang pulang kuliah? Bahkan terpaksa makan malam bersama di rumah Jena. Padahal ia sudah memiliki janji lebih dulu dengan Jian.

"Kenapa jadi anak? Aku belum ingin memiliki anak, Bu. Tidak akan." Pria Jeon itu bersunggut kesal. Tindakkannya itu sontak saja mendapat pelototan tajam dari sang ibu.

"Kau tidak lupa apa alasanku menerima permintaan Hwang agar kau menikahi putrinya, bukan?" Jena menukas tajam sementara Jungkook semakin frustasi dibuatnya. Pria Jeon tersebut lantas meneguk segelas air putih di hadapannya. Sial. Dia tidak ingin memiliki anak. Demi Tuhan, tidak sekarang. Lagipula... mana mungkin ia melakukannya pada Jihyo sementara hatinya sepenuhnya milik Jian.

"Tapi Bu, aku tidak—" Ucapannya terhenti manakala terdengar suara tawa seorang wanita disusul dengan presensi Jeon Joonki dan wanita muda—yang tak pernah Jungkook ingin ketahui namanya tersebut, melangkah melintasi dapur sebelum menapaki kaki pada undukkan anak tangga. Mengabaikan Jena dan Jungkook yang mengamati dari kursi masing-masing. Kesialan macam apa yang tengah menimpanya malam ini sehingga harus menyaksikan kebrengsekkan Jeon Joonki tepat di depan matanya. Memuakkan.

"Apa setiap hari kau membiarkannya membawa jalang itu keluar-masuk rumah ini, Bu?" Jungkook bertanya malas. Bae Jena berusaha menebarkan senyum tipis, senyum kepalsuannya.

"Biarkan saja. Sekarang, dengarkan dua permintaanku. Kau harus menurutinya." Jena mengalihkan perbincangan. Bibi Im kembali datang, membawa obat-obatan milik Jena yang setiap hari harus diminum tanpa terlewati.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang