00] Epilogue: Eternal

761 87 37
                                    

Epilogue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Epilogue

i miss you so
seems like it's been forever
that you've been gone
my eternal love, Hwang Jian.

Salah satu pencapaian terbesar yang teramat sulit kulakukan adalah merelakan. Berdamai dengan masa lalu, dan mencoba menerima garis takdir yang telah ditetapkan kepadaku.

Bukan berarti tidak butuh perjuangan. Sangat membutuhkan usaha keras untuk merelakan orang yang aku cintai. Cinta pertamaku.

Katanya, jatuh cinta itu menyenangkan. Siapa yang mengatakan itu? Yang kutahu, cinta yang terpaksa kalah oleh keadaan. Menimbulkan sakit yang bahkan butuh bertahun-tahun untuk disembuhkan.

Aku tidak pernah mengatakan aku membencinya. Dialah satu-satunya pria dalam hidupku. Cintaku. Kebahagiaanku. Rasa sakitku. Juga takdir menyedihkanku.

Lima tahun. Aku merelakannya. Meskipun sulit, aku tahu dia pun menghormati keputusanku. Mencoba menerima dan menghargaiku. Aku dan Jeon selalu mengatakan pada Senna dan Cio mengenai keadaan kami yang sesungguhnya. Siapa ibu Cio, dan siapa ayah mereka. Meski, kedua bocah polos itu tidak mengerti, paling tidak, Cio mengenal siapa ibunya. Siapa yang berjuang keras dan mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.

Sejujurnya, aku tidak pernah merasa marah dan kecewa kepada Jihyo. Aku tahu, ia pun sama tersakitinya. Ia sama terlukanya, bahkan jauh lebih terluka atas hubunganku dan Jeon. Aku justru merasa begitu bersalah dan berdosa sebab telah membuat kami terjebak dalam kubangan hitam yang tak berujung. Hingga, kami benar-benar harus berhenti demi menghindari rasa sakitnya.

Aku dan Jeon tidak lagi bersama, namun kami merawat Senna dengan sangat baik. Jeon selalu berusaha keras menjadi papa paling siaga untuk Senna, selalu ada untuk putri kesayangannya itu, dan mengusahakan yang terbaik untuk membuat Senna bahagia.

Pernah suatu waktu, Senna melempar tanya yang membuatku dan Jeon seketika terdiam tanpa kata. Katanya begini, "Kenapa mama dan papa tidak tinggal bersama? Kenapa rumah kita ada dua?"

Aku tidak bisa menjawab kala itu. Beruntung Jeon bisa dengan pengertian memberi jawaban. Untuk poin itu, aku merasa bersyukur.

Kami memiliki kehidupan masing-masing selama lima tahun terakhir ini. Jeon dengan segudang pekerjaan sibuknya sebagai pemimpim perusahaan, sementara aku bekerja sebagai sekretaris salah satu perusahaan. Aku melanjutkan kuliahku setelah melahirkan, dan berhasil mendapat gelar sarjana. Tidak terlalu sulit untuk mencari pekerjaan dengan gelar tersebut.

Jika kami bekerja, aku menitipkan Senna pada ibu dan salah seorang perawat yang memang kupekerjakaan semenjak Senna berusia dua tahun. Mereka sudah akrab sekali. Beruntung pekerjaanku tidak sampai malam. Office hour. Jam delapan pagi sampai jam empat sore.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang