20] Whose?

590 98 41
                                    

Bab 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 20

Tidak seperti biasanya, pagi ini Jungkook belum menemukan keberadaan Jian di meja makan. Gadis itu pun tidak membalas pesannya lagi semalam. Terakhir yang Jungkook dengar hanya suara deru mesin mobil di perkarangan rumah pukul sebelas dini hari. Jungkook tahu itu Jian yang barangkali di antar oleh Taehyung. Kemudian, ketika Jungkook hendak menyelinap masuk ke kamarnya semalam, Jian sudah mengunci pintunya. Sunyi sekali. Seperti tidak ada tanda-tanda gadis itu masih terjaga.

Pemuda itu tidak bisa menahan diri untuk tak menanti kehadiran Jian di ruang makan. Biasanya gadis itu bangun lebih awal. Sebelum dirinya dan Jihyo turun, Jian pasti sudah duduk di kursinya atau bahkan membantu ibu menyiapkan makanan.

"Jian sakit. Tadi Ibu sudah bawakan Jian bubur dan susu cokelat." Hwang Yoo berujar sebelum memimpin doa makan pagi keluarga itu.

Jungkook menunduk dengan mata mengerjap berkali-kali. Jian sakit? Tetapi kenapa gadis itu tidak membalas pesannya? Kenapa Jian tidak memberitahunya? Oleh sebab itu, ia kembali mengeluarkan gawai dari saku celana ripped jeansnya. Mengirim pesan untuk Jian.

Jungkook

| Sayang.

Tidak langsung dibalas. Mungkin Jian masih terlelap?

Menghela napasnya sedalam mungkin untuk mengurangi kekhawatiran, Jungkook memutuskan untuk menghabiskan sarapannya sembari menunggu balasan.

"Nanti malam jadi kontrol kandungan, Jiy?" Ibu melempar tanya seraya menuang air untuk Hwang Yoo.

"Ya, Bu."

"Ditemani Jungkook kan?" Kali ini ayah yang bertanya. Jungkook lekas mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk. Lalu tanpa diduga, Jihyo menyahut, "Tidak tahu, Yah. Jungkook sibuk."

"Lho bagaimana? Cek kandungan pertama kali masa Jungkook tidak ikut?" Yoo kali ini memberi tatapan bingung ke arah Jungkook yang diam tanpa bisa berkutik. Pemuda itu tidak punya alasan apapun lagi untuk menolak.

"Ya, Yah. Nanti Jungkook usahakan."

"Harus. Nanti bayinya sedih kalau Papanya tidak ikut lihat." Yoo tertawa begitupula dengan ibu. Namun Jungkook sama sekali tidak menemukan alasan untuk tertawa. Hatinya terlampau gelisah memikiran kondisi Jian. Namun ia juga tidak mungkin bertanya pada ibu sebab itu hanya akan mengundang kecurigaan.

Matanya bergerak gelisah sesekali ke ujung tangga. Berharap Jian turun tetapi itu hanya menjadi angan belaka karena hingga detik terakhir ia harus berangkat kuliah, Jian tak turun juga membalas pesannya.

Jungkook terpaksa berangkat kuliah dengan hati tidak tenang. Bukan hanya di pagi harinya tetapi hingga menjelang makan siang, pria itu seperti tidak memiliki semangat hidupnya sendiri. Menolak ketika diajak berbincang atau berdiskusi pasal materi perkuliahan. Bahkan presentasinya agak berantakkan. Penyebabnya sudah pasti Jian. Di kepalanya itu hanya terisi nama Jian ribuan kali. Memcemaskan kondisi gadisnya yang tak juga memberi balasan.

AEONIAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang