Bernostalgia Sewaktu SMP

Mulai dari awal
                                    

"Aku sedang mengamati sepasang kekasih yang tampak romantis dan humoris," jawab Bellina lembut.

"Siapa?" heran Barack.

"Anak kita," jawab Beliina sambil melirik ke arah Rexi dan Al.

Barack refleks menatap ke arah yang ditunjuk oleh Bellina, lalu dia mendecih sinis.

"Ck! Sepertinya, aku akan ke kamar untuk istirahat saja. Aku lelah karena seharian bekerja di kantor," ujar Barack datar.

Usai mengatakan kalimat itu, Barack langsung bergegas ke kamarnya dan ingin meninggalkan Bellina sendiri di sana.

Baru beberapa langkah, Bellina menahan Barack.

"Lihat saja mereka, mereka sangat heboh dan humoris. Bayangkan bila mereka menikah dan memiliki seorang anak, Bar. Pasti apartemen ini akan menyenangkan!" kata Bellina sambil terkekeh.

Barack menatap Bellina dengan datar.

"Ah ... Aku berharap agar mereka selalu bersama," ujar Bellina.

Barack menepis tangan sang istri dengan kasar.

"Barack ..." lirih Bellina karena sikap kasar sang suami.

"Ck! Baik aku pergi daripada menghabiskan banyak emosi karena pembahasan tak masuk akal ini!" final Barack marah.

"Mas!" panggil Bellina.

Barack mendecih, lalu pergi begitu saja.

Bellina menghela napas kecewa.

"Kenapa sangat sulit untuk membuat Barack yakin?" sedihnya sambil menghela napas panjang.

***

"Al!"

"..."

"Al!"

"..."

"Sialan! Gue panggil enggak dijawab! Lo meninggal Al?!" kesal Rexi.

Al mendecih.

"Gue kira lo udah mati. Diam mulu!" sinis Rexi.

"Lo baru sadar kalau gue cuma diam sambil merhatiin lo ngehitungin bintang?" tanya Al malas.

"Sensitif banget kayak testpack!" kesal Rexi.

Rexi menarik Al agar pria itu duduk di sampingnya.

"Kalau lihat bintang kayak gini, gue jadi ingat waktu kita masih SMP, Al," ujar Rexi.

Rexi menatap ke arah Al, sedangkan yang ditatap malah memberikan tatapan datar.

"Waktu SMP, lo suka banget bawa gue ke taman sambil nyalain kembang api. Saking serunya kita main kembang api, kita lupa kalau ternyata udah larut malam. Kita baru ingat waktu kalau kembang apinya udah habis," jelas Rexi bernostalgia sambil terkekeh. Merasa geli dengan masa lalunya saat sedang cinta monyet dengan Al.

"Dan lo ingat malam itu, enggak?" tanya Rexi.

"..."

"Itu malam terakhir kita main kembang api, kan? Soalnya, lo besoknya hilang dan ninggalin gue tanpa kabar," jawab Rexi untuk pertanyaannya sendiri.

"Ck! Lupain aja, sih, Rex. Itu cuma masa lalu doang!" kesal Al.

"Sekarang gue udah di depan mata lo, kan? Gue bahkan udah ada di dalam tubuh lo," kata Al.

Rexi mengangkat sebelah alisnya dengan tinggi, tak tahu maksud ucapan Al.

Al mengelus lembut perut rata milik Rexi.

"Anak kita," ucapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Rexi tersenyum tipis.

Al menarik Rexi agar wanita itu duduk di atas pangkuannya, sedangkan wanita itu refleks langsung menutup seluruh wajahnya di leher Al.

"Malam ini, gue janji kalau gue enggak akan pernah ninggalin lo. Gue sayang sama lo lebih dari apapun. Langit malam, bintang, bulan dan lainnya jadi saksi," ujar Al lembut.

Rexi menjauhkan wajahnya dari leher Al, lalu dia mencium bibir pria itu dengan sangat lembut. Dia terharu dengan perkataan Al yang benar-benar sangat romantis.

Kali ini, biarlah Rexi dan Al saling menumpahkan rasa kasih sayang mereka satu sama lain sebelum ujian kehidupan mereka semakin sulit. Anggap saja ini sebagai awal yang bahagia.

"Al ... Makasih," bisik Rexi dengan lembutnya pada telinga pria itu.

Al mengerutkan keningnya. Dia menatap Rexi dengan heran.

"Makasih buat apa?" tanya Al heran.

"Makasih karena udah mau nerima gue yang apa adanya," jawab Rexi polos.

Al terkekeh.

"Di sini, harusnya gue yang bilang itu sama lo, Rex. Lo udah mau terima gue setelah apa yang udah gue lakuin sama lo. Lo mau terima gue dengan senang hati," ujar Al.

Al menyelipkan anak rambut Rexi dengan lembut di belakang telinga wanita itu.

"Lo cewek yang paling bodoh di dunia ini, Rex. Lo cewek paling bego menurut gue!" kata Al.

Rexi menatap Al dengan tajam. Enak saja langsung berkata seperti itu!

"Jangan bilangin gue bego! Lo yang bego!" marah Rexi.

Al terkekeh kecil.

"Iya, lo bego. Kenapa mudah banget buat terima gue dan kasih gue kesempatan berkali-kali," kata Al.

Rexi merona.

"Ish!"

Rexi menutup seluruh wajahnya pada leher Al. Malu sekali rasanya dengan ucapan Al, menyebalkan kalimatnya, tapi romantis maknanya. Al itu memang pria puitis!

***

- To Be Continued -

***

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang