Liora kembali membaca buku yang ada di tangannya. Mulai menggaris bawahi saat menemukan kalimat-kalimat penting. Sayang sekali ia lupa tidak membawa stabilo.

"You're angry? Saya tidak bermaksud menyinggungmu. Em ... apa kamu memiliki masalah dengan orang orang tuamu? Saya hanya bertanya dan tidak bermaksud apapun."

"Itu urusanku, Mr. Kenapa tiba-tiba Mr. Ernest sepeduli ini kepada saya yang notabenenya adalah murid Mr. Ernest sendiri? I mean ... biasanya Mr. Ernest selalu cuek kepada siapapun." Gadis itu sedikit menaruh rasa curiga kepada gurunya.

Jelas aja. Tadi pagi saat di bandara, gurunya itu terlihat sangat cuek. Bahkan dirinya ditinggal sendirian sedangkan guru pendampingnya itu sudah menaiki pesawat. Benar-benar, ya!

"You know me only from one side, Liora."

"Maksudnya? Mr. Ernest memiliki kepribadian ganda, begitu?" tebak Liora kaget.

"Of course not! Apa-apa kamu ini Liora, kamu percaya dengan yang seperti itu? Itu hanya ada di cerita fiktif," bantah Mr. Ernest tegas.

Lagi dan lagi Liora menghela napas. Berbicara dengan guru yang satu itu memang harus memiliki stok sabar yang banyak.

"Terserah saja. Saya mau membaca buku lagi, saya harap Mr. Ernest diam dan tidak mengganggu konsentrasi saya."

👑

Aira masih berbaring di kamarnya. Dia juga masih menggunakan baju tidur dan juga rambut yang acak-acakan. Jangan lupakan juga kamarnya yang masih dalam keadaan berantakan.

Ia baru tidur di jam tiga dini hari dan sekarang sudah jam tujuh pagi. Untung sekarang hari Sabtu dan sekolah libur.

Semalaman ia begadang untuk membaca buku, menghapalkan rumus, dan juga berlatih soal. Lihat saja, bahkan meja belajarnya pun masih dalam keadaan yang berantakan. Buku-buku masih terbuka secara sembarangan, pulpen yang tidak ditutup, dan kertas kotretan yang jatuh ke lantai.

Chaotic!

Gadis itu melirik jam dinding di kamarnya lagi sebelum ia beranjak menuju kamar mandi. Ia harus segera mandi karena sebentar lagi akan ada guru les yang datang ke rumah.

Selang lima belas menit, Aira keluar dari kamar mandi dan sudah berpenampilan rapi. Tinggal menyisir rambut dan memoleskan beda tipis di wajah.

Ketukan di pintu kamarnya membuat Aira berdecak, sudah dipastikan pelakunya adalah Aina, kakak kembarannya.

Dia membukakan pintu kamar dan menemukan Aina yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar. Berdecak pelan lalu mengikuti ke mana langkah Aina.

"Gue minta parfum punya lo. Punya gue habis," izin Aina menyemprotkan parfum ke tubuhnya secara menyeluruh.

Semerbak bau harum itu justru membuat Aira menutup hidungnya. Sangat berlebihan, batinnya kesal.

Aira mengambil dompet, mengeluarkan uang berwarna merah sebanyak dua lembar, kemudian memberikannya kepada Aina.

"Beli parfum sendiri!" titahnya.

Aina cengengesan tanpa rasa malunya ia menerima uang pemberian Aira. "Rezeki enggak boleh ditolak. Thank you very much, my twin sister!"

'𝐒𝐆𝐆' 𝐀𝐦𝐛𝐢𝐭𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥𝐬 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now