"Lo itu berharga, Abirunika," ucap Naresh menyebut nama belakang Senja.

Senja melepas pelukannya dengan Naresh. Ia menatap lama ke arah Naresh dengan bibir yang melengkungkan senyum.

"Resh, gue bingung gimana caranya buat ngucapin terimakasih sama lo. Terimakasih karena mau disini sama gue, mau nemenin gue tanpa pernah malu karena latar belakang gue yang rusak," ucap Senja masih dengan menatap Naresh.

Naresh tersenyum kecil. Dari wajah teduh gadis itu sangat terpancar jika Senja benar-benar lelah. Pandangan yang kosong membuat siapapun yang melihatnya pasti paham betapa terluka nya Senja. Namun Senja dapat menutupi itu semua.

"Sama-sama, Senja," ucap Naresh tersenyum tulus.

"Udah jam 10, gak mau tidur?" Tanya Naresh sambil melirik jam yang ada ditangannya.

"Belum ngantuk," ucap Senja, namun setelah itu ia menguap.

Naresh tertawa kecil melihat Senja. Lucu, batinnya.

"Tuh udah nguap, tidur ya?" Ucap Naresh sambil mengusap kening Senja.

"Nanti lo sendirian, gak ada temen," ucap Senja dengan mata menahan kantuk.

"Gak usah mikirin gue. Lo tidur aja, udah malam, besok badannya harus sehat biar bisa pulang. Jadi, sekarang harus tidur," ucap Naresh sambil menyelimuti Senja.

"Selamat tidur Naresh," ucap Senja sebelum memejamkan matanya.

"Mimpi indah, sayang," ucap Naresh sambil mencium kening Senja yang sudah terlelap.

Naresh tak beranjak sedikitpun dari kursi tempatnya duduk. Ia memandangi wajah Senja yang tenang ketika tertidur. Disaat seperti ini, Naresh suka Memohon pada Tuhan agar bisa menemani Senja selama-lamanya. Jika Tuhan tak mengizinkan, setidaknya ia dapat menemani Senja sampai menemukan kebahagiaan nya.

"Gue sayang banget sama lo," ucap Naresh pada Senja yang sedang tertidur.

"Jangan nyerah dulu ya Nja," lanjut Naresh sambil mencium punggung tangan Senja.

Setelah berbicara dengan Senja, kini Naresh bingung ingin melakukan apa. Matanya sama sekali tak mengantuk. Akhirnya ia membuka handphone yang sudah lama tak ia aktifkan, begitu banyak pesan yang dikirim oleh Bundanya. Ia tersenyum kecil, lalu membalas pesan Bundanya lebih dulu, setelah itu membalas pesan teman-temannya yang ada di grup.

Tok...
Tok...
Tok...
Bunyi suara pintu yang diketuk.

Naresh hanya menatap tanpa membuka pintu. Ia jadi teringat tentang hantu yang diceritakan Kenzie di grup chat. Rasa takut mulai menghampiri dirinya. Ia benar-benar bimbang saat ini. Bagaimana kalau yang mengetuk pintu itu seorang manusia? Tapi, Bagaimana jika yang mengetuk pintu adalah hantu tanpa kepala yang diceritakan Kenzie barusan?

Naresh menyakinkan dirinya sebelum membuka pintu. Akhirnya, ia beranjak dari kursi, lalu membuka pintu yang sedari tadi diketuk.

"Tante?" Ucap Naresh terkejut. Bukan hantu yang ia lihat, melainkan Mama Senja.

Mama Senja memberi kode agar Naresh tak bicara terlalu keras. Seolah mengerti, Naresh pun mengubah nada bicaranya sepelan mungkin.

"Ada apa Tante?" Tanya Naresh.

"Saya mau lihat dia," ucap Gantari tanpa menyebut nama Senja.

"Dia yang Tante sebut punya nama, namanya Senja," ucap Naresh masih tetap ramah.

"Mau saya sebut atau tidak, bukan urusan kamu," ucap Gantari lalu menyelonong masuk kedalam.

Naresh menggelengkan kepala, lalu menutup pintu lebih dulu sebelum masuk.

SENJALUKANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ