You - 42

3.9K 464 83
                                    

Sedang rosa yang kini tengah dirawat di rumah sakit seketika merasakan perasaannya tidak enak. Ia merasa gelisah, dan tentunya ia masih sangat kepikiran dengan al juga roy.

"Al roy, semoga kalian berdua baik baik saja ya." Lirih rosa, ia menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak saat itu.

***

Andin harus menguatkan dirinya, kini wanita itu tengah menanti sang suami yang beberapa menit lalu masuk ke dalam ruang operasi.

Andin terlihat tertunduk di tempatnya serta meremas jari jarinya. Air mata andin seolah tak bisa berhenti mengalir sedari tadi. Tubuh andin semakin lemas ketika dokter menyarankan untuk melakukan operasi karena peluru mengenai salah satu organ syaraf yang cukup fatal.

Tentu saja ke khawatiran andin semakin bertambah karena menurut penjelasan dokter kondisi al sangatlah parah. Ketakutan demi ketakutan kini seolah menyerang andin tanpa henti hingga andin terlihat tak tenang sedari tadi.

Irvan, pria itu menghentikan tangan andin yang terus melukai jari jarinya sendiri.

"Andin, tenang.." Ucap irvan dengan lemah.

Tak ada jawaban dari andin, hanya tangisan yang di dengar oleh irvan sedari tadi.

Irvan meminta air mineral pada salah seorang bodyguardnya. Ia membuka tutup botol tersebut serta memasukan sedotan ke dalam botol tersebut.

"Minum sedikit ya." Ucap irvan mengarahkan botol tersebut kepada mulut andin.

Namun nihil, andin tak bereaksi apapun ia masih saja bertahan dengan tangisannya.

"Andin, ayoo. Kamu harus bisa menenangkan diri kamu.." Bujuk irvan sebari mengelus punggung andin yang jelas bergetar.

Masih tak ada respon dari andin, dan tentu saja ini membuat irvan bingung serta cemas jika andin akan sakit nantinya.

"Aku ga mau mas al pergi, engga."

Irvan memalingkan kembali wajahnya dan menatap andin yang masih tertunduk serta berujar dengan suara yang serak nya.

"Hey hey, al akan sembuh ndin pasti." Janji irvan yang kini telah merangkul tubuh andin.

Keponakannya itu akhirnya menaikkan wajahnya yang benar benar sedih dan di penuhi air mata.

"Evan, roy.."

Irvan menatap kemarahan dalam mata andin ketika ia menyebut kedua nama pria brengsek yang telah menghancurkan kehidupannya.

"Dimana mereka om?" Tanya andin menyeka air matanya dan menyorotkan tatapan tajamnya.

"mereka sudah om beri pelajaran ndin.."

"Aku mau bertemu mereka om." Ucap andin yang tiba tiba saja menghentikan tangisannya.
Irvan menatap takut pada andin, ia bisa melihat tatapan kemarahan dimata andin. Dan baru kali ini irvan melihat tatapan andin yang sangat mengerikan ini.

"Untuk apa ndin? Orang orang om sudah mengurusnya." Ucap irvan kembali mengelus lengan andin..

"Aku mau bertemu mereka om..!" Bentak andin yang merasa sangat marah saat itu.

"Oke oke, ayo."

Akhirnya irvan mengalah, ia menuntun andin dan membawa keponakannya itu keluar dari rumah sakit.
Saat mereka akan menaiki mobil, cika yang baru tiba langsung berlari mendekati andin dan juga irvan.

"Andin.." Panggil cika pada andin yang terlihat sangat lemah. Bahkan cika bisa melihat tatapan kosong dari sahabatnya itu.

Dan ketika andin menatap cika, kembali wanita cantiik itu menitikan air matanya. Cika langsung menarik andin kedalam dekapnnya serta mengelus punggung andin dengan lembut

You (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang