You - 19

4.5K 388 37
                                    

Andin terkejut bukan main saat melihat isi ruangan itu. Ia melirik ke arah al yang  berdiri dengan senyuman kecilnya.

"Mas ini?" Andin masih tak menyangka dengan apa yang ia lihat.

Dalam ruangan itu terlihat begitu banyak lukisan, dan yang membuat andin terkejut adalah hampir sebagian ruangan itu di hiasi dengan lukisa  wajah andin.

"Saya suka sekali melukis wajah kamu ndin." Aku al yang memang belakangan ini suka sekali melukis wajah andin. Dari wajah andin yang kaku, tersenyum, sedih dan berbagai macam ekspresi yang selalu mampu al sampaikan dengan baik dalam lukisannya.

Dan bagi al melukis wajah andin tidak lah memerlukan banyak waktu, dengan waktu singkat al bisa menyelesaikan lukisan wajah andin hingga al sendiri tidak tau sudah berapa banyak lukisan yang telah al buatkan.

"Makasih sayang."

Andin memeluk tubuh al dengan eratnya, ia tidak tau bahwa al bisa melakukan hal ini. Dan bagi andin ini semua sangat lah romantis.

"Sama sama ndin, kamu lihat lihat dulu. Jika ada yang kamu suka nanti saya bawakan ke apartement." Ucap al mengelus puncak kepala wanitanya itu.

Andin segera berjalan mengelilingi ruangan tersebut. Bukan hanya sekedar melihat lukisan wajahnya, namun beberapa lukisan pun sangat menarik perhatian andin. Seperti lulisan rosa yang sangat indah, lukisan pria paruh baya yang andin yakini adalah mendiang papah al ssmpai pada lukisan roy pun ada di dalam ruangan itu.

"Kok ga ada wajah kamu mas?" Tanya andin pada al yang berdiri di sisinya.

"Saya ga bisa melukis wajah saya." Jawab al yang memang tidak pernah tertarik dengan wajahnya.

Pernah sekali al ingin melukis wajahnya dan kalian tau apa yang terjadi. Al melukis wajahnya yang sangat kaku tanpa senyuman sehingga hari itu juga al membuang lukisan wajahnya dan tak pernah mau lagi melukis wajahnya sendiri.

"Kenapa mas?"

"Wajah saya itu ga ada ekspresinya ndin." Jawab al yang membuat andin tertawa dengan puasnya.

"Hahaha, makanya belajar senyum dong sayang." Ledek andin mencubit pipi al.

Lalu andin melanjutkan melihat lukisan lukisan itu, dan ada satu foto yang sangat andin sukai yaitu foto dimana ia tengah bersama seorang ibu hamil.

"Itu adalah foto pertama kali saya terpesona dengan kamu." Aku al. Andin tersenyum pada kekasihnya itu lalu ia pun menyentuh lukisan yang terlihat begitu nyata itu.

"Aku mau ini ya, tp di bawah sini kamu tulis nama kamu ya mas." Pinta andin menunjuk ujung kanan kanvas tersebut.

"Oke, nanti saya bawakan ke apartement kamu ya." Jawab al menganggukkan kepalanya.

"Ya udah kamu kembali kebawah sana, nanti mamah dan roy nyariin kamu." Suruh al kemudian mengingat andin cukup lama berada di kamarnya.

"Ya udah."

Andin dan al kembali ke kamar al, lalu andin kembali melirik ranjang yang sempat andin tiduri bebarapa menit lalu.

"Sampai ketemu besok ya sayang." Ucap andin mengelus pipi al sejenak.

Lalu setelah itu andin bergegas kembali keruang keluarga. Namun disana ia belum menemukan rosa maupin roy.

"untunglah mereka belum datang." Ucap andin sedikit merasa lega.
Sebelum kembali duduk di ruang keluarga andin memutuskan untuk ke toilet lebih dulu.

***

Al terlihat tengah merenung di kantornya siang itu. Setelah hal kemarin yang terjadi di kamarnya membuat al pun memiliki niat yang sama dengan andin, yaitu memiliki wanita itu sepenuhnya.

You (Complete) Where stories live. Discover now